Senin, 31 Maret 2008

8 Off Road di Dalam Kota

    LUAS Banjarmasin hanya lebih kurang 72 km2. Sebagian besar jalannya sempit dan pendek. Pada jam-jam tertentu, ada jalan yang susah dilewati karena terjadi kemacetan.
    Belum lagi macam-macam galian bermunculan. Ada galian untuk kabel, ada untuk pipa atau untuk saluran pembuangan. Kebijakan yang tidak sinergis antara kepentingan-kepentingan itu membuat kualitas jalan rendah.
    Aspal jalan menjadi tidak rata. Di sana-sini banyak tambalan sekenanya. Layanan SMS Hotline Banjarmasin Post selalu kebanjiran keluhan masyarakat tentang jalan berlubang dan tidak nyaman ini.
    Jika tak percaya, coba saja susuri Jalan Sultan Adam. Anda seraya ikut off road mini. Sekitar 500 meter jalan di sana berubah jadi kubangan air jika hujan. Sementara saat kemarau, debunya minta ampun deh. Padahal, sampai akhir tahun lalu, jalan itu masih terasa mulus.
    Demikian pula di jalan PM Noor. Sekarang memang sudah dihampar batu-batu untuk pengerasan. Sebelumnya, wah jangan ditanya, bagi yang berlangganan sakit kepala, ditanggung penyakit itu bakal kumat karena hentakan jalan yang rusak saat berkendara.
    Dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar, Banjarmasin masih belum bisa menyajikan kenyamanan bagi pengguna jalan. Kimprasko Banjarmasin merilis Selasa (19/2) lalu panjang jalan lingkungan yang rusak di Banjarmasin, mencapai 848 ribu meter. Belum termasuk jalan provinsi dan jalan nasional.
    Mau mencari jalan alternatif yang lebih mulus demi menghindari macet dan lubang pun susah. Coba saja selepas Maghrib melewati Jalan Gubernur Soebarjo atau kerab lebih dikenal dengan Lingkar Selatan.
    Alih-alih dapat kenikmatan berkendara, mungkin omelan bakal keluar terus dari mulut kita. Bayangkan, 100 meter selepas Jembatan Basirih, tak ada lagi jalan yang terlihat.
    Pandangan tertutup deretan truk pengangkut batu bara yang parkir di badan jalan menunggu giliran memuat ke stockpile di kawasan Banjar Raya. Mobil dan sepeda motor, sebaiknya balik kanan. Kecuali anda rela antre berjalan lambat meter demi meter diantara debu dan asap.
 



 

Rabu, 26 Maret 2008

0 Terbanglah dengan Tenang

    DUNIA penerbangan di Indonesia seakan tak pernah berhenti dari terpaan masalah. Hampir setiap bulan selalu saja ada berita tentang maskapai penerbangan. Mulai dari pesawat yang tergelincir atau mengalami kerusakan mesin.
    Selasa (18/3) pesawat Batavia Air yang lepas landas dari Bandara Supadio Balikpapan, Kaltim harus berputar-putar dulu di udara selama satu jam karena ban tidak bisa keluar. Penumpang tentu saja sempat dibuat panik.
    Parahnya, ketika pesawat pengganti hendak mendarat Rabu (19/3) pagi kembali mengalami kerusakan. Kali ini pada bagian kaca depannya pecah. Alhasil, kembali penumpangnya dibuat panik. Sementara calon penumpang dari Banjarmasin terpaksa harus ganti pesawat.
    Sial yang dialami maskapai Batavia Air memang tak separah nasib PT Adam Sky Connection Airlines. Departemen Perhubungan, Selasa (18/3) resmi mencabut izin Operational Specification atau izin terbang seluruh armada milik maskapai penerbangan itu.
    Alasan pencabutan izin terbang karena manajemen Adam Air melakukan tiga kesalahan fatal yang tidak mematuhi aturan penerbangan baik nasional maupun internasional.
    Kesalahan pertama, kegiatan penerbangan tidak dijalankan sesuai company operation manual, kedua, pelatihan sumber daya manusia (SDM) tidak sesuai company training manual, ketiga, pelaksanaan perawatan pesawat tidak dijalankan sesuai company maintenance manual.
    Euforia dunia penerbangan Indonesia membuat maskapai penerbangan domestik tumbuh bak jamur di musim hujan. Tahun 2007,
ada 30 maskapai penerbangan Indonesia berdasar Aircraft Operator Certificate (AOC) di bawah Civil Aviation Safety Regulation (CASR) 121 (pesawat lebih dari 30 tempat duduk penumpang atau kargo berjadwal). Itu belum termasuk 34 maskapai dengan klasifikasi CASR 135 (pesawat berpenumpang kurang dari 20 orang atau borongan).
    Persaingan ketat antar maskapai seringkali menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Perang tarif pun tak terhindarkan. Maskapai berlomba-lomba menawarkan tarif murah, sayangnya keselamatan penerbangan jadi terabaikan.
    Pemerintah harus segera mengambil sikap. Jumlah maskapai penerbangan harus dibatasi sampai jumlah yang rasional. Persyaratan-persyaratan yang ketat mengacu pada standar internasional (ICAO) harus benar-benar diterapkan. Terutama standar teknis penerbangan dan tentunya tidak ketinggalan penerapan standar keamanan yang tinggi.
    Demikian pula bagi maskapai yang sudah beroperasi. Kelaikan pesawat (air worthiness) harus benar-benar diawasi. Apalagi umur rata-rata pesawat komersil di Indonesia di atas belasan tahun.
    Bagi yang melanggar, pemerintah tidak boleh sungkan memberi sanksi yang berat. Pencabutan izin usaha atau sanksi pidana maupun perdata bisa jadi shock therapy bagi maskapai lain untuk tidak berbuat sama.
    Langkang pemerintah yang mencabut izin terbang maskapai penerbangan Adam Air bisa dijadikan patokan untuk mengambil  tindakan tegas serupa, jika ada maskapai yang melakukan kesalahan berat.
    Pengawasan pada kelaikan dan kalayakan pesawat harus dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Jangan hanya sibuk kalu sudah terjadi kecelakaan. Hukum juga harus ditegakkan bagi pejabat yang lalai melaksanakan tanggungjawabnya agar tercipta disipilin dan mau berbuat lebih baik.
    Evaluasi penerbangan tanah air harus dilakukan menyeluruh. Termasuk sarana dan prasarana penerbangan harus lebih diperhatikan, seperti fasilitas bandara, traffic control atau traffic service. Tidak ketinggalan pengmebangan sumber daya manusianya.
    Sehingga, di negeri sendiri maskapai penerbangan mendapat kepercayaan masyarakat Indonesia dan di luar negeri tidak dilecehkan karena seringnya pesawat-pesawat milik maskapai penerbangan kita mengalami kecelakaan.

Rabu, 19 Maret 2008

9 Naik Pesawat?...Ih Takut....

    BAYANGIN jika 7 jam menunggu pesawat tak kunjung tinggal landas. Bete? jelas banget, keki? tentu aja. Marah? ga ngaruh tuh. Tetap aja pesawat tidak berangkat. Lebih parah saat kita udah di dalam pesawat, tahu-tahu disuruh keluar lagi karena ada kerusakan mesin. Eh...pas sudah di ruang tunggu di suruh balik lagi karena kabarnya pesawat udah boleh terbang. Pas kencangkan seatbelt, ada lagi pengumuman pesawat batal terbang. Gimana ga keki tuh. Itu dialami penumpang pesawat Batavia  Air nomor penerbangan BTV 262 jurusan Balikpapan-Banjarmasin-Surabaya, Rabu (19/3). Sehari sebelumnya, pesawat dari maskapai yang sama harus muter-muterdulu selama 1jam di udara baru bisa mendarat di bandara Syamsudin Noor karena ada kerusakan. Jadi mikir..sekarang kalau bepergian enaknya naik apa? Pesawat, bisa jatuh, yah paling baik delay berjam-jam. naik kapal laut? sami mawon, belakangan suka tenggelam. Naik bus, takut tabrakan, kereta api terkenal lelet. Jalan kaki aja kali ya...

Selasa, 18 Maret 2008

11 From Hero to Zero

    DALAM dua pekan terakhir dunia hukum di Indonesia fokus pada kasus tertangkapnya jaksa Urip Tri Gunawan yang diduga bertransaksi suap dengan Arthalita Suryani, tangan kanan obligor BLBI Syamsul Nursalim.
    Terungkapnya kasus suap 660 ribu US dolar ini membuat Jaksa Agung Hendarman Supandji kecewa dan sedih. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar geram.
    Mantan Direktur penyelidikan di Kejagung ini tentu paham betul seluk beluk tugas seorang jaksa karena lama berkecimpung di institusi ini.
    Tapi siapapun pasti geram dengan ulah Urip jika yang dilakukannya terbukti benar. Kasus Urip membuat citra kejaksaan tercoreng. Terungkapnya kasus ini semakin memperkuat asumsi peluang oknum-oknum jaksa untuk berbuat menyimpang dari aturan sangat besar.
    Ulah Urip membuat upaya pemberantasan korupsi seperti jalan di tempat atau malah mundur beberapa tahun. Belum sampai menyeret tersangka ke pengadilan, seorang oknum jaksa malah memainkan peran negatifnya.
    Selama ini, permainan-permainan 'di bawah meja' seperti yang diduga dilakukan Urip sangat sulit terdeteksi. Upaya suap menyuap atau memberikan uang pelicin tersembunyi dibalik tirai yang tebal.
    Sementara yang tampak di depan mata hanya permainan-permaian 'kasar' oknum kepolisian yang seringkali bisa terlihat. Dan karena polisi menjadi ujung tombak dalam penegakan hukum, dengan mudah bisa dideteksi jika melakukan penyimpangan, sementara untuk jaksa sangatlah sulit diketahui.
    Di mata masyarakat, institusi kejaksaan sudah jatuh kredibilitasnya, sama seperti kepolisian, terutama dalam hal pemberantasan korupsi.
    Lantas lembaga apa yang bisa jadi pegangan dalam upaya pemberantasan korupsi? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) muncul bak seorang pahlawan. KPK pula yang mengungkap kebobrokan yang dilakukan oknum kejaksaan agung.
    Nama Antasari Azhar mulai berkibar sebagai pendekar pemberantasan korupsi. Padahal, sebelumnya Antasari diragukan saat mulai memimpin KPK karena track record-nya dianggap 'kurang bersih'.
    Mengungkap dugaan penyuapan terhadap jaksa Urip membawa preseden positif tidak hanya bagi lembaga KPK tapi juga untuk Antasari sendiri. Antasari telah membuktikan langkah awal kepemimpinannya pada khalayak termasuk orang-orang yang selama ini meragukan kredibilitasnya.
    Rencana Antasari untuk memeriksa Jampidsus Kemas Yahya Rahman dan Direktur Penyidikan M Salim, setelah mendapat restu dari Jaksa Agung adalah langkah maju dalam usaha membersihkan institusi kejaksaan dari imej negatif.
    Tapi sukses pertama Antasari cs di KPK ini hendaknya tidak berhenti sampai di sini. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Masih banyak kasus-kasus korupsi yang harus diselesaikan.
     Peringkat korupsi Indonesia di dunia masih pada kisaran lima besar. KPK tentu tidak bisa bekerja sendirian. Perlu dukungan institusi lain bahkan dukungan dari masyarakat Indonesia.
    Namun, walau bagaimanapun harapan masyarakat pada KPK kini demikian besar. Jangan sampai harapan itu tidak mampu KPK wujudkan atau malah dikecewakan. Hingga saat ini KPK memang belum ada cacat di mata masyarakat.
    Tapi seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Semakin KPK gencar melakukan tugasnya dengan benar, semakin banyak godaannya. Apabila sedikit saja alpa, dengan mudah KPK bisa tergelincir, from Hero to Zero.

Senin, 17 Maret 2008

2 Namanya Kelotok Lho!




Sebagian dari wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah adalah perairan. Tak heran transportasi air jadi pilihan. Meskipun ekses darat sudah terbuka, transportasi ini masih jadi pilihan terutama bagi masyarakat yang tinggal di pinggirian kota atau di daerah-derah yang belum ditembus jalan. Perahu untuk transportasi ini disebut kelotok. Ada macam-macam jenis, dari kelotok berbubungan (atap), ada kelotok kelayan (perahu kecil bermesin tanpa atap), ada kelotok taksi kota untuk angkutan seputar kota, bus air dengan kapasitas lebih besar, ada pula kelotok tiung untuk angkut barang. Foto-foto Dokumentasi Banjarmasin Post

Minggu, 09 Maret 2008

6 Jangan Salahkan Hujan

    KETIKA masih bocah, hujan menjadi arena imajinasi tersendiri. Berlarian di bawah guyuran hujan, bermain lumpur atau main bola, sensasinya tidak terlupakan sampai sekarang.
    Berenang di pinggir sungai saat hujan lebih mengasyikkan.
Lupakan dulu hari esok atau ketakutan tertimpa penyakit. Yang penting main hujan-hujanan dulu.
    Tapi begitu beranjak dewasa, hujan tidak lagi bisa dibuat main-main. Seperti akhir-akhir ini, cuaca kurang bersahabat. Hampir tiap hari Banjarmasin diguyur hujan. Bagi yang mau berangkat kerja jadi sedikit kesusahan. Saat pulang pun jadi persoalan. Payung dan mantel anti hujan akhirnya jadi teman setia.
    Jika sudah demikian, hujan jadi hal yang mengganggu. Padahal, hujan adalah anugerah sangat besar dari sang pecipta bagi makhluknya. Di saat Banjarmasin melimpah hujan, di bagian dunia lain atau di daerah lain mungkin kering kerontang.
    Saat warga Banjarmasin bete karena kehujanan mungkin ada petani yang tengah memanjatkan doa agar diberi berkah hujan."Ya Allah, berilah kami hujan yang merata, menyegarkan tubuh dan menyuburkan tanaman, bermanfaat, tidak membahayakan. Kami mohon hujan secepatnya, tidak ditunda-tunda." (HR. Abu Dawud)
    Hujan yang melimpah juga bisa menjadi bencana. Buktinya, tiga kabupaten di Kalsel, Kabupaten Banjar, Tapin dan Tanah Laut terendam banjir. Pada dasarnya seluruh wilayah Kalsel memang rawan banjir.
    Termasuk Banjarmasin. Ibukota Kalimantan Selatan ini berada
0,16 meter di bawah permukaan laut. Hampir sebagian besar wilayah Banjarmasin seluas 72 km² tergenang air saat pasang besar.
    Untungnya saat masih bernama Banjarmasih tahun 1526, kota ini dibangun di dekat lima aliran sungai kecil yakni sungai Sipandai, Sungai Sigaling, Sungai Keramat, Sungai Jagabaya dan Sungai Pangeran, semuanya bertemu membentuk sebuah danau. Sungai-sungai itu menjadi semacam kanal yang membagi aliran air ke DAS Barito.
    Sungai-sungai kecil itu juga terpecah menjadi sungai lebih kecil lagi, kerokan-kerokan. Sayangnya, sungai-sungai pembagi aliran air itu sudah mulai hilang tertutup bangunan atau menjadi dangkal. Banjir lambat laun mulai menghantui. *


Senin, 03 Maret 2008

1 wulan


Create Fake Magazine Covers with your own picture at MagMyPic.com

Subscribe to Maxim Magazine at a 75% discount!



0 royan1


Create Fake Magazine Covers with your own picture at MagMyPic.com

Subscribe to National Geographic Magazine at a 30% discount!



My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates