Rabu, 26 September 2012

0 Belajar Memahami Rakyat

    NAMANYA Chauvet Cave atau Chauvet-Pont-d'Arc Cave. Merupakan sebuah gua yang terletak di Prancis bagian selatan. Kelebihan gua ini dibanding gua lain, bukan pada keindahan ukiran alam macam stalaktit atau stalagmit. Melainkan pada hasil goresan manusia.
    Pecinta alam mengharamkan kegiatan mengambil, menambah, mengubah, bahkan mengotori isi gua. Ada tiga motto yang selalu ditekankan bagi penggemar caving (penelusuran gua), yakni 'Take nothing but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time'. Jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki dan jangan membunuh sesuatu kecuali waktu.
    Walaupun sama-sama bikinan manusia, namun goresan di Chauvet Cave jauh lebih tua dari motto bagi penelusur gua itu. Di gua tersebut motto pecinta alam tak berlaku, khususnya bagi goresan di dindingnya. Seandainya goresan itu baru saja dibuat manusia, tentu bakal dihapus oleh aktivis lingkungan dan pecinta alam.
    Goresan itu bukan goresan biasa. Tapi merupakan jejak rekam sejarah peradaban manusia. Di gua tersebut terdapat beberapa lukisan. Sejauh ini, lukisan itu diklaim sebagai lukisan tertua di dunia. Diperkirakan usianya lebih dari 32.000 tahun. Perkiraan para ahli, masa itu merupakan zaman es dan manusia sudah mengenal bentuk seni lukis walaupun tampak sederhana.
    Hewan pemamah biak yang juga jadi sumber makanan utama bagi manusia saat itu dilukiskan di dinding gua berwarna coklat kemerahan. Tak lupa di sebagian tubuhnya ditumbuhi rambut berwarna hitam. Ada pula kelompok hewan pemangsa seperti singa yang digambarkan hanya siluet dengan garis hitam lebih menonjol.     Uniknya, gambaran yang dilakukan manusia puluhan ribu tahun lalu itu cukup meyakinkan. Bisa dikenali dengan jelas karena ada permainan warna, menunjukkan sudah ada keahlian membuat zat pewarna pada masa yang tak terbayangkan oleh manusia modern itu.
    Kini, puluhan ribu tahun sesudah lukisan itu dibuat, seni lukis berkembang sangat pesat. Sedikitnya ada empat aliran dalam melukis, yakni surrealisme, kubisme, romantisme dan plural painting. Pada perkembangannya, aliran melukis makin banyak, bertambah dengan adanya ekspresionisme, dadaisme, fauvisme, neo- impresionisme, realisme, naturalisme, De Stijl dan abstrak.
    Walaupun kini memiliki bagitu banyak aliran, tapi ada satu kesamaan antar pelukis yakni sama-sama memiliki kebebasan dalam berekspresi. Bahkan, jika sang pelukis mau, apa yang ingin disampaikannya atau 'suara hatinya' bisa disamarkan melalui lukisan. Satu contoh adalah Lukis Monalisa karya Leonardo da Vinci.
    Memahami atau mengerti sebuah hasil karya lukis tak bisa hanya sepintas lalu. Sama seperti ketika memahami isi dari sebuah buku yang tidak cukup dibaca sekali, lukisan pun demikian. Perlu diperhatikan dengan seksama, dipahami garis demi garis goresan kuas sang pembuatnya.
    Analogi memahami lukisan dan buku juga bisa disamaartikan dengan memahami kehendak rakyat. Kalau cuma dilirik sekilas, didengarkan tapi sebentar, atau diajak ngobrol tapi hanya satu arah, niscaya tidak bakal mengerti kehendak rakyat. Alih-alih percaya, bisa saja rakyat memilih revolusi ketimbang reformasi yang berjalan stagnan.

Sumber foto: tumblr.com

0 komentar:

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates