Rabu, 16 Desember 2009

0 People Power

    PADA satu kesempatan tampil di suatu acara di televisi, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan jangan coba-coba melawan arus kekuatan rakyat. Menurut dia, dalam sejarah, orang yang melawan kekuatan rakyat itu digilas. Tidak ada yang selamat.
    Peran rakyat dalam sebuah negara yang menganut paham demokrasi memang sangat vital. Rakyat tidak lagi bisa diabaikan, seperti yang dilakukan para diktator atau negara yang menganut paham demokrasi terpimpin.
    Rakyat adalah salah satu pilar demokrasi yang direpresentasikan melalui lembaga legislatif. Didukung pilar-pilar lain seperti eksekutif, yudikatif dan pers, maka demokrasi dapat berjalan secara elegan.
    Tapi, manakala aspirasi rakyat tersumbat, tak tersalurkan melalui legislatif, rakyat bisa bertindak sendiri. Maka muncul lah gerakan rakyat, people power bahkan revolusi.
    Indonesia punya cukup banyak pengalaman melibatkan kekuatan rakyat baik yang dipolitisir atau muncul karena rakyat ingin melawan kekuasaan absolut.
    Ketika Presiden RI pertama Soekarno mulai membawa Indonesia ke arah demokrasi terpimpin, rakyat dimotori mahasiswa berunjuk rasa. militer pun 'bersimpati' kepada rakyat yang kesusahan. Pada akhirnya Soekarno menyerahkan jabatan kepada Soeharto.
    Demikian pula, saat rakyat tak lagi percaya atas kepemimpinan dan kekuasaan Soeharto selama puluhan tahun, presiden kedua Indonesia ini lengser pada 1998.
    Presiden ketiga Abdurrahman Wahid, merasakan besarnya kekuatan rakyat meskipun dalam skala lebih kecil. Ketika Gus Dur sudah tidak sejalan dengan wakil rakyat, dia pun diturunkan dari jabatannya, diganti Megawati Soekarno Putri.
    Kekuatan rakyat tidak akan pernah mati. Kekuatan ini akan bangkit ketika rakyat merasa ada ketidakberesan pada eksekutif, legislataif dan yudikatif. Apalagi jika didukung pers, kekuatan ini tak terkalahkan.
    Apakah people power dalam skala yang besar kembali berulang di Indonesia? Apalagi rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, ketertindasan dan kebencian atas konspirasi dan kolusi oknum pemerintahan menyatukan rakyat.
    Mudah-mudahan saja itu tidak terjadi. Harga yang harus dibayar Indonesia untuk gerakan rakyat tidaklah sedikit. Sangat riskan bagi Indonesia harus mengulang peristiwa yang sama dan membuat roda pembangunan terhambat akibat konstelasi politik yang tidak stabil.
    Seharusnya pemerintah bisa belajar dari pendahulunya agar jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Tanda-tanda rakyat tidak puas, tidak percaya dan merasa tidak diperlakukan secara adil itu sudah tampak di hadapan mata.
    Coba lihat tekanan rakyat ke pemerintah ketika pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah menjadi pesakitan, gara-gara dituduh bertindak di luar kewenangan. Dukungan pada keduanya mengalir tiada henti, sampai mereka benar-benar lepas dari masalah.
    Demikian pula ketika seluruh elemen bangsa bersatu memperingati hari antikorupsi sedunia pada 9 Desember lalu. Tekanan  rakyat agar kasus Bank Century diusut juga tak kalah hebat.
    Akumulasi kekesalan dan ketidakpuasan bisa merubah people power menjadi sebuah revolusi. Kita tentu tidak ingin sejarah negeri ini mencatat pergantian kekuasaan harus dengan cara revolusi. Seperti yang dialami Iran saat menjatuhkan rezim Syah Iran, kejatuhan komunis di Uni Soviet atau digulingkankannya Ferdinand Marcos dari pimpinan tertinggi Filipina.
    Harga yang harus dibayar rakyat untuk people power sangat mahal, apalagi harus melalui revolusi. Saatnya pemerintah mendengarkan rakyat.

Selasa, 10 November 2009

2 Habis Kesabaran

         BERBICARA lebih mudah daripada bertindak. Semua orang mungkin mengerti hal ini. Akan lebih baik jika bicara dibarengi tindakan. Hasilnya insya allah bakal lebih baik.
       Ketika bicara sudah sampai tahap 'berbusa-busa' tapi tidak mengerjakan apa yang telah diomongkan tadi, rasanya jadi mubazir. Mulut dan tenggorokan sampai kering tapi perubahan yang diharapkan tidak ada. Sungguh sia-sia.
       Tapi, mudah-mudahan apa yang saya bicarakan lewat tulisan ini tidak sia-sia. Toh, tujuannya baik, demi kepentingan bersama. Bukan untuk kesenangan pribadi, walaupun sedikitnya ada pula terkait diri pribadi saya sebagai anggota kemasyarakat.
       Beberapa hari lalu, rubrik Gen Y yang memuat komentar dari account facebook pembaca Metro Banjar mengangkat tema kondisi persimpangan Jalan Veteran dengan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Pangeran Hidayatullah. Banyak komentar yang mengeluhkan kondisi jalan di kawasan ini.
       Sebagian teman mungkin sudah tahu kondisi lalu lintas kendaraan di kawasan ini. Satu kata paling cocok menggambarkannya adalah semrawut. Di sana ada traffict light dengan waktu jeda antara warna merah dan hijau cukup lama. Dishub dan kepolisian mungkin punya alasan sendiri tentang pengaturannya.
       Tapi yang jadi masalah bukan traffict light (mudah-mudahan). Suatu ketika, saat berangkat menuju tempat kerja, saya berbarengan dengan seorang pria tua berhenti saat lampu merah menyala.
       Sang bapak sangat tidak sabaran. Sebentar-sebentar matanya melihat ke arah traffict light. Sejurus kemudian matanya memandang arlojinya. Sementara mulutnya tiada henti mengeluarkan umpatan betapa lamanya lampu tidak berubah jadi hijau.
       Akhirnya bapak sepuh itu habis kesabaran. Belum lagi lampu lalu lintas berwarna hijau, motornya dipacu menerabas persimpangan jalan yang padat kendaraan itu. Bagai dikomando, sebagianpengendara mengikuti aksi bapak itu. Saat itu saya masih bisa menaha diri tidak ikut-ikutan menerabas.
       Pada kesempatan lain, di tengah terik sinar matahari, kesabaran saya habis. Bagaimana tidak, saya tidak mungkin menunggu lampu berubah jadi hijau wong lampunya padam. Saya juga tidak mungkin menerabas karena di persimpangan jalan itu macet total. Tidak bisa bergerak maju. Ada dua tindakan yang bisa dilakukan, balik kanan atau belok kiri. Saya memilih belok kiri ke Jalan Gatot Subroto.
       Saat kondisi genting macam itu, saya tidak melihat aparat kepolisian. Mungkin mereka sedang mendapat tugas penting di jalan lain. Sepanjang Jalan Gatot Subroto saya lihat barisan mobil lumayan panjang. Saya bisa membayangkan, kejadian ini pasti berawal
dari seorang pengendara menerabas lalu macetlah jalan.
       Kembali ke rubrik Gen Y Metro Banjar tadi, ada seorang memberi komentar cukup menarik. Orang itu bilang mungkin riding attitude urang Banjar yang kelewat hebat. Ada lagi yang bilang karena kita terbiasa menggunakan trasportasi sungai. Apa benar seperti itu? Saya yakin tidak. (*)

Selasa, 23 Juni 2009

12 Permisi Om!

    SUATU sore saya makan di warung tenda di Jalan A Yani. Jalan negara ini sejak kilometer 1 sampai kilometer 6 berubah jadi tempat wisata kuliner. Pilihannya makanan cukup banyak, tinggal mencocokkan dengan selera masing-masing.
    Begitu mau menyantap makanan, dua pemuda masuk ke dalam warung tenda. Salah seorang bertubuh kurus menenteng gitar warna coklat tua ditempeli beragam stiker. Satu lagi posturnya agak gemuk. Jika ada yang meladeni, saya berani bertaruh, kalimat apa yang meluncur dari mulut dua pemuda itu. "Permisi om, bu," kata mereka.     
    Sampai di situ saya masih tidak mempermasalahkan, walaupun saya belum sempat menyuap makanan ke mulut. Tapi ketika petikan gitar bercampur dengan suara dari pemuda bertubuh gemuk, indra dengar terasa gatal. Sungguh (maaf) fals dan saya sama sekali tidak merasa terhibur.
    Belum selesai lagu dinyanyikan, mereka sudah mendekati pengunjung warung sembari menyorongkan topi yang terbalik. semua orang tentu faham maksudnya. Mereka minta kerelaan hati para pengunjung warung untuk memberi barang Rp 500 atau Rp 1.000.
    Baru lima menit dua pengamen itu berlalu, muncul lagi dua pemuda dengan profesi sama. Sekilas saya perhatikan, gitar yang dipakai sama dengan dua pengamen terdahulu.
    Setali tiga uang dengan dua pengamen terdahulu, skill dua pemuda itu bermain gitar atau kemampuan olah vokal mereka sangat jauh dari kata bagus. Sama juga seperti dua pengamen terdahulu, belum lagi lagu selesai dinyanyikan, topi terbalik kembali beredar.
    Malah kalau ditarik garis persamaan, sangat jelas kelihatan. Mereka menjual kenestapaan, kemiskinan, wajah lusuh dan berharap iba orang lain.
    Jadi ingat saat bertugas di Bandung, Jawa Barat, saya diajak teman dari Tribun Jabar menyantap sate di Jalan Asia Afrika. Saat itu kami bertiga didatangi tiga pemuda. Dua di antaranya memegang gitar. Penampilannya bersih, seperti anak gaul. Dengan sopan, mereka minta izin untuk menyanyi.
    Tak berapa lama meluncur suara merdu dari salah seorang mereka diiringi alunan gitar. Lagunya tidak asal-asalan. Mereka membawakan lagu dari band asal Inggris, Muse kalau tidak salah judulnya Falling Away With You. Nikmat sekali rasanya bersantap sembari mendengarkan lagu yang enak. Uang pun dengan mudah keluar dari kantong celana pengunjung tempat makan itu.
    Saya menghayalkan pengamen-pengamen di Banjarmasin bisa seperti pengamen di Bandung. Bandung pernah punya seniman Harry Rusli yang mau mendidik pengamen agar tidak asal cuap. Mungkin di Banua ini juga ada yang bisa seperti Kang Harry. Atau pemko yang mengambil peran? Jangan biarkan mereka hanya menjual kemiskinan. Biar saja orang lain yang menjual kemiskinan. Pengamen bisa menjual skill kok! 

Rabu, 20 Mei 2009

4 Petuah Agen K

    RASANYA lebih dari lima kali saya menonton film Men In Black (MIB). Pertama sekitar akhir 1997 atau 1998 awal. Nebeng nonton di rumah teman menggunakan perangkat yang popular saat itu, yakni laser disc.
    Masa itu film-film produksi Hollywood tak bisa ditonton di bioskop. Maklum, pasca kerusuhan 23 Mei 1997 di Banjarmasin, bioskop jaringan Cinema 21 turut musnah. Jadi, kalau mau menonton, medianya laser disc atau VHS (Video Home System).
    Mungkin tidak hanya saya menonton film yang meraih pendapatan 587 juta Dolar ini, lebih dari sekali. Mudah-mudahan pesan dari film ini bisa pula ditangkap.
    Pertama kali nonton film science fiction produksi 1997 ini, yang bisa saya tangkap mungkin sama seperti penikmat film lain. Semua penikmat film pasti tahu, jika film bertema seperti ini
diproduksi Hollywood, dijamin special effect-nya luar biasa.
    Baru-baru ini saja ketika film ini diputar bergantian di stasiun TV tanah air, ada satu adegan yang menggelitik tertangkap indera penglihatan saya.
    Ada adegan ketika Agen J diperankan aktor kondang Will Smith memerotes aksi Agen K (Tommy Lee Jones) yang menghilangkan ingatan Dr Laurel Weaver (Linda Fiorentino), saksi mata yang mengetahui keberadaan makhluk luar angkasa menggunakan alat khusus berbentuk pulpen.
     Setting film ini memang berlatar manusia hidup berdampingan dengan makhluk luar angkasa di bumi, meskipun manusia sendiri tak menyadarinya.
    Dialog agen J dan K pada adegan ini sangat menarik. Agen J bertanya kenapa tiap saksi mata harus dihilangkang ingatannya. Padahal, mereka membantu penyelidikan agen MIB untuk mengetahui keberadaan Aliens Bug (makhluk luar angkasa yang jahat).
    Lantas apa jawaban Agen K? kurang lebih seperti ini,"Seorang manusia mungkin pintar, tapi seratus, seribu atau lebih adalah bodoh. Seribu tahun lalu manusia percaya bumi bulat. Lima ratus tahun lalu manusia percaya bumi adalah datar. Bukankah itu sebuah kebodohan?"
    Apa yang dikatakan Agen K itu memang benar. Pada 330 Sebelum Masehi, ilmuan Yunani Aristoteles sudah berteori bumi adalah bulat. Ribuan tahun teori tentang bumi berkembang. Pada abad pertengahan, penguasa di Eropa lebih percaya bumi adalaah datar. Ilmuan Italia, Galileo Galilei (1564-1642) terpaksa menerima hukuman dari penguasa karena meyakini bumi adalah bulat.
    Manusia dalam jumlah banyak adalah kumpulan pemikiran yang berbeda. Sangat susah untuk menyamakan persepsi massa jadi satu visi yang seragam. Massa juga sangat mudah terpengaruh, terlecut oleh isu lalu tiba-tiba bisa bertindak anarkis. Apa yang dibilang filsuf Inggris Thomas Hobes (1588-1679) bahwa manusia adalah serigala bagi sesamanya (Homo Homini Lupus) terjadi di negeri ini.
    Banjarmasin pernah merasakannya ketika kota ini hancur oleh kerusuhan 23 Mei 1997 saat masa kampanye. Untuk kembali bangkit sangatlah sulit. Hari itu adalah kelam tapi bisa jadi pelajaran berharga bahwa anarkis adalah menyakitkan.

Selasa, 24 Maret 2009

39 In Memoriam.....

    Iseng-iseng aku bongkar lemari di kamar. Terselip di pojokan laci dua benda mungil yang selama bertahun-tahun menemani tapi beda generasi. Sebuah Starko alias pager dan handphone Siemens A 55. Sungguh luar biasa. Syaraf-syaraf di otak seperti berdenyut membuka pintu ingatan dan terserabut lah informasi-informasi yang sudah sangat lama tersimpan di otak.
    Sungguh luar biasa. Dua benda mungil itu dulu pernah bertahun-tahun menemani kerjaku. Duluuuuuuu sekali, ketika handphone masih di angan-angan, ketika koneksi internel belum sehebat sekarang, pager jadi alat komunikasi nomor wahid. Walaupun telepon waktu itu sudah ada, tapi pager adalah alat komunikasi pertama di masanya yang bersifat mobile.
    Pager merupakan perpaduan dari perkembangan teknologi komunikasi dengan teknologi informasi. Pager adalah media penerima pesan yang portable yang bekerja berdasar prinsip kode signal radio yang ditransmisikan melalui suatu provider. Amerika sudah mengenal pager atau beeper sejak 1921. Indonesia baru mengenalnya pada 1990.
    Cara kerjanya kalo mau mengirim pesan cukup telepon operator sebutkan isi pesan dan pengirimnya dan nomor pager tujuan. Tunggu beberapa detik, pesan pun sampai ke nomor pager tujuan. Yang agak sulit kita harus punya catatan tersendiri nomor pager tujuan. Sebab tidak semua pager ada fasilitas memori.
    Jadi, memang agak ribet. Selain punya pager kita juga harus dekat dengan telepon umum untuk mengirim pesan balasan atau menelpon sang pengirim pesan plus jangan lupa notes berisi catatan nomor pager dan nomor telepon.
    Tapi terlepas dari keribetan yang saat itu tak begitu terasa (soalnya waktu itu gaya banget kalo punya pager...hehehe) banyak kenangan saat menggunakan pager. ID pagerku waktu itu 1206. Semua wartawan BPost Group punya pager dengan ID masing-masing (sebenanrya bukan pager pribadi, tapi kantor yg berlangganan, kita cuma makai doang).
    Kenangan paling asyik adalah saat tugas di desk kriminal  koran Metro Banjar. Waktu itu pos tugas di RS Islam, RS Suaka Insan, RSUD Ulin, Poltabes dan Polsekta Banjarmasin Timur. Pager jadi benda yg sangat bermanfaat untuk mencari berita, terutama yang bersumber dari rumah sakit.
    Informan dari rumah sakti yang biasa mengirim pesan. Sehari bisa tiga sampai lima kali. Tapi jeleknya, informasi itu tidak gratis. Harus ada pengganti uang lelah mereka menelpon. Awalnya tak pikir panjang, tiap pager berbunyi langsung dah aku meluncur ke rumah sakit. Ketemu sang informan Rp 5000 melayang. Sehari tiga kali Rp 5000x3= Rp 15 ribu.
    Awalnya mereka (jumlah informan tidak cuma satu) jadi sumber yang paten. Waktu itu persaingan koran di desk kriminal cukup tinggi.  Paling anti kalo bagi-bagi informasi dengan wartawan dari media lain.  Istilahnya kalo sukses membobol temen yang tidak tahu informasi, rasanya hati ini sangat puas.
    Rp 5000 sekali pesan rasanya sudah cukup banyak pada tahun 2000-an.  Tapi belakangan yang pakai pager bukan hanya kami. Media lain juga demikian,. Dan mereka juga berani membayar lebih untuk informasi. Lambat laun persaingan jadi tak sehat dan yang untung informan...hahahaha.
    Saat masih asyik-asyiknya memakai pager, tiba-tiba muncul handphone. Waktu itu harganya masih sangat mahal. kartu perdana Simpati ku pertama beli Rp 400 ribu. Teman ada yang beli Rp 1,5 juta. Gila banget.
    Handphone pertamaku Nokia 3310. Waktu itu rasanya keren banget karena di kantor masih belum byk yg pakai handphone. Siemens A55 ini kalo tak salah handphone keduaku. Masih belum warna, tapi nada deringnya kecang dan anti banting alias enggak rusak kalo dibanting. Pakai si emen ini juga bentar, muncul lagi handphone warna, muncul handphone dengan nada dering mp3, muncul HP berkamera, muncul 3G dsb. Teknologi selalu melakukan lompatan-lompatan intelektual jika sudah mencapai titik masimal. Sementara manusia berjalan seiring deret ukur.



Kamis, 19 Maret 2009

83 Hakkul Yakin Setia

    SEORANG teman anggota 'jemaah multiply' tadi pagi menelpon. Dia pengen tukar pikiran tentang blog dan facebook. Menurut dia, akhir-akhir ini emailnya penuh dengan pesan dari facebook. Kebetulan dia terbiasa membaca pesan baik dari multiply atau dari situs pertemanan dari email.
    Yang jadi perhatiannya adalah, pesan dari multipy yang biasa link ke emailnya menghilang, berganti dengan bejibun pesan dari facebook miliknya. Ada apa gerangan? Dia pun bingung. Teman itu berasumsi, teman-temannya sudah berpaling dari multiply. Padahal, dulu tiap hari dia selalu bisa memantau postingan teman atau buku tamunya hanya lewat email. Kalua meminjam istilah yang dibikin Eddy, seorang Mper sejati dari Banjarbaru, Berselingkuh dengan facebook.
    Tapi apa benar demikian? Memang belum bisa dipastikan karena tidak ada penelitian ilmiah yang membandingkan penggunaan facebook dengan multiply. Soal suka dan tidak suka itu relatif. Misalnya, bisa saja saya yang teramat suka dengan multiply berganti menggunakan facebook hanya karena di facebook ada fasilitas chat. Tapi analisis semacam itu tentu saja tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Sebab seperti yang sudah basa jadi patron, kalau sudah kadung cinta, biasanya susah berpaling (cie..cie..).
    Kekhawatiran teman itu makin menjadi ketika diskusi singkat kita tentang facebook dan multiply itu membahas tentang kemungkinan kalah mengalahkan antara satu situs dengan situs yang lain. Artinya beragam cara dilakukan, termasuk cara-cara negatif. kata teman itu misalnya di facebook termuat semacam virus yang membuat pesan, postingan dari multiply yang masuk ke email jadi terlambat datangnya. Dua hari, tiga hari bahkan seminggu baru nongol di inbox email.
    Bagi saya yang hanya seorang user dengan pengetahuan pas-pasan, nalar saya tak sampai berpikir ke situ. Saya hanya menyarankan kepada teman itu agar melihat settingan di emailnya. Kalau mau pesan, postingan dari facebook tidak memenuhi emailnya saya sarankan diubah saja settingan aagr tidak terkirim ke email.
    Saya juga menyarankan kalo mau terus memantau posting, pesan dsb yg berasal dari temen- teman di MP, login saja langsung dari MP kemudian buka inbox.
    Hmm...tapi akhir-akhir ini rasanya postingan teman-teman di MP agak berkurang. Entah karena kesibukan, atau ada sebab lain. Bagi saya ini hanya soal musim. Dulu mungkin musim friendster, lalu ada musim multiply, sekarang ada musim facebook. Kalo bertepatan musimnya sudah bisa dipastikan banyak yang menggunakan. Tapi pasti..dan hakkul yakin saya merasa pasti sepasti-pastinya, walau ada yang selingkuh (hehehe) ada teman-teman yang setia pada satu situs pertemanan. Kalau saya sudah pasti setia pada MP, Lebih mudah mengekspresikan diri. Terutama upload foto dan tulisan bisa lebih byk hehehe.. Facebook dan situs jejaring sosial lainnya hanya jaringan penambah teman dan mencari teman-teman lama. Bagaimana dengan anda?
  

Senin, 09 Maret 2009

24 Kontakku Capai 100 Bro!!!

    SAYA lupa kapan pertamakali terdaftar sebagai 'jemaah' multiply. Rasanya lebih setahun. Eh..mungkin dua tahun. Tapi entahlah. Pokoknya cukup lama lah. Terasa lama karena untuk mencapai kontak atau teman sampai 100 rasanya tidak dalam waktu dekat. Beda dengan facebook. Dalam waktu seminggu saya sudah bisa 'mengoleksi' lebih dari 100 teman.
    Sampai suatu ketika saya lihat kontak saya di multiply sudah lebih dari 100. Wow..suatu jumlah yang lumayan dan sangat berarti, meskipun tidak semua kontak itu bisa saya sapa tiap hari atau saya kunjungi blognya (kecuali bubuhan banjarbadinsanak...hehehe).
    Kalo di facebook mungkin angka 100 kontak biasa. Tapi di blog khususnya multiply sungguh berarti. Sebab untuk mencapainya perlu perjuangan menguras pikiran (menulis) dan tenaga (begadang euy). Tapi terlepas dari itu semua, angka 100 memang spesial.
    Angka ini dianggap jadi yang terbaik di banding angka-angka lain dari ) sampai 99. Guru mengapresiasikan nilai tertinggi untuk siswanya dengan bilangan ini. Pemerintah Indonesia meletakkan pecahan 100 ribu sebagai pecahan tertinggi mata uang negeri ini.Angka 100 juga jadi penanda memasuki babak baru sejarah yang disebut kurun satu abad.        
    Kalau kita sedikit berkaca ke belakang, 100 juga jadi patokan bagi ilmuan penemu termometer. Celcius memasang skala 0 sampai 100 untuk mengukur suhu. Skala Celcius adalah pengukuran suhu yang paling banyak digunakan dunia.
    Ada lagi cerita sedikit meragukan tentang angka 100 terkait dengan situs search engine terbesar di dunai, google.com. Kabarnya, nama asli Google dipublikasikan oleh perusahaan sebagai cerita salah tulis dari kata Googol yang artinya angka 1 diikuti 100 angka nol dibelakangnya menjadi Google.    
    Padahal, menurut bocoran salah seorang karyawan awal Google, sebenarnya kata Google berasal dari kata "Go Girl !", dimana Sergey Brin (salah seorang pendiri google) suatu saat memperoleh ide tersebut ketika sedang menonton pertandingan olahraga dengan para Cherleader yang meneriakkan kata Go Girl ! Go Girl ! (gogel).
     Gara-gara angka 100, seorang pengusaha Indonesia dan perusahaan Singapura berebut merek 100. Sengketa serupa sebelumnya pernah diputus Mahkamah Agung. Buat Harry sanusi, deretan tiga angka itu punya arti mendalam. Gara-gara menggunakannya sebagai merek dagang produknya, pengusaha ini mesti berulang kali beperkara di meja hijau.
    Lelaki yang tinggal di kawasan Taman Sari, Jakarta, itu mesti kembali berjibaku di pengadilan niaga jakarta untuk mempertahankan mereknya tersebut.

Rabu, 18 Februari 2009

16 A 630 ku Kembali, Thanks God!!

Gimana rasanya jika sesuatu yang hilang ditemukan kembali? Sesuatu yang dianggap tiada tiba- tiba muncul di hadapan mata? Senang, tentu saja iya. Apalagi sesuatu itu (benda) selalu mendampingi selama berbulan-bulan.
    Canon Powershot A630 namanya. Benda ini tak lagi mendampingiku selama lebih kurang 2 bulan. Kamera ini sudah aku anggap hilang karena keteledoranku. Sekitar dua bulan lalu kamera ini menghilang. Kejadiannya pas aku lagi naik motor menuju kantor. waktu itu as ranselku terbuka.
    Pikiranku langsung meleng, kamera jatuh dari tas saat naik motor. Apa boleh buat, namanya hilang di jalan ya sudah biar saja. Tawakal saja kepada Allah. Entah kenapa walau kehilangan, aku koq tak merasa rugi.
    Eh tadi pagi pas mau berangkat ke kantor, aku mengambil baju di lemari. Kulihat benda mungil warna silver terjepit diantara kardigan dan kaos oblong hitam kesayanganku. Dengan berdebar-debar hati, aku tarik benda itu. Ternyata A630 adadi sana. Wowo betapa senang hati ini....hehehehe.
    Tapi aneh juga, tiap hari aku selalu menangbil pakaia ndari lemari itu. Kadang sehari bisa tiga kali aku ganti pakaian. Tapi koq ya baru hari ini A 630 tertangkap mataku? Padahal, pas pertama hilang aku dah nyari-nyari ke dalam lemari lho. Tapi, walau bagaimanapun Alhamdulillah A630 balik kepadaku.

Rabu, 04 Februari 2009

29 Antara Multiply, Friendster dan Facebook

     DUA hari lalu aku nyoba bikin account facebook. Gampah sih, tapi loadingnya agak lambat (apa specs komputerku yg payah ya, hehehe). Sebenarnya setahun lalu aku udah punya account di facebook. Tapi lama tidak diakses jadi hilang dah.
    Jadi bikin account lagi gara-gara pengen lihat facebooknya Rudy Ariffin, Gubernur Kalsel buat ditampilin di koran Banjarmasin Post. Soalnya dia minta semua pejabat Pemprov Kalsel bikin account facebook. Rupanya pak gubernur enggak mau kalah sama Obama.
    Dia juga menginstruksikan Sekdaprov Kalsel, Muchlis Gafuri mengagendakan pelatihan singkat pembuatan Facebook bagi para pejabat, khususnya eselon II, III dan IV.
    Facebook adalah situs jejaring yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 oleh mahasiswa Universitas Harvard, Mark Zuckerberg. Setiap orang yang memiliki komputer yang terkoneksi dengan internet bisa menjadi anggota.
    Ada beberapa kelebihan Facebook dibanding web jejaring lainnya seperti Friendster. Kelebihan itu antara lain tampilan yang menarik, iklan tidak mencolok, adanya jaringan negara, bisa bikin group berdasar minat, tidak terbatasnya tempat foto, bisa menampilkan agenda event, anti-spam dan fake account, mobile acces and browsing serta mudah membikin aplikasi. Satu lagi, bisa chat..hehehe
    Sedangkan kekurangannya antara sign up yang membingungkan, terlalu banyak fitur, aplikasi agak sulit, kurang familiar dengan orang yang suka berganti background dan layout dan masih terkesan eksklusif.
    Tapi setelah mencoba2, dibanding semua itu bagi diriku yg tidak terlalu familiar dengan teknologi tinggi ini, multiply jauh........jauhhhhhhhhhh...banget lebih baik di banding blog, jejarring lainnya.

Kamis, 15 Januari 2009

4 Wuih......Australia Man!

Hari ini giliran Pratiwi Utami menyumbang tulisan lewat blognya www.jajakata.wordpress.com di Rubrik Halte Blogger Banjarmasin Post. Isinya tentang pengalaman dia di Australia. Tiwi adalah lulusan UGM asal Pelaihari, Kalsel. Dia peserta pertukaran pemuda Indonesia-Australia. Mau tahu tulisannya baca di epaper www.banjarmasinpost.co.id. Minggu depan Insya Allah  giliran blog Sigit, warga Banjarbaru dengan blognya www.purnamatravel.wordpress.com. Kalau ad yg senang nulis di blogspot, atau fasilitas sejenis lain bisa juga koq dipublikasikan. Salam   

Kamis, 08 Januari 2009

11 Siapa Menyusul Mas Sugi???

Kamis (9/1) blog Sugiharto Hendrata (http://borneohijau.multiply.com/) sudah ditampilkan di BPost.Mau lihat tampilannya bisa dibacadi epaper http://www.banjarmasinpost.co.id/ Siapa blogger berikutnya? Ayo tampilkan blog kamu di Banjarmasin Post tiap Kamis, contact royan.naimi@gmail.com. Mari sama-sama kita giatkan menulis di blog.

2 Siapa Menyusul Mas Sugi???

Kamis (9/1) blog Sugiharto Hendrata (borneohijau.multiply.com) sudah ditampilkan di BPost.Mau lihat tampilannya bisa dibacadi epaper banjarmasipost.co.id. Siapa blogger berikutnya? Ayo tampilkan blog kamu di Banjarmasin Post tiap Kamis, contact royan.naimi@gmail.com. Mari sama-sama kita giatkan menulis di blog

Rabu, 07 Januari 2009

16 Tulisan Blogger Diterbitkan Koran

Mohon maaf ada perubahan rencana. Awalnya BPost mau menerbitkan tulisan blogger Kalsel tiap Jumat, dimulai 9 Januari 2009. Tapi karena dianggap mendesak, jadwalnya dimajukan tiap Kamis, dimulai 8 Januari 2009.  Bagi blogger Banua yang punya pengalaman menarik mendatangi suatu tempat, tuangkan saja jadi tulisan di blog kamu. Nanti blognya diterbitkan di Banjarmasin Post. So baca BPost edisi besok ya atau baca epaper di www.banjarmasinpost.co.id

BACA DI BAWAH INI

BUKAN hanya wartawan atau penulis profesional bisa membuat tulisan menarik, atraktif dan enak di baca. Seiring kemajuan teknologi, muncul penulis-penulis lepas dengan kualitas tulisan tak kalah dari penulis profesional. Teknologi sangat membantu dengan menyediakan fasilitas, salah satunya adalah blog. Tiap hari  muncul ratusan bahkan ribuan blogger. Lalu muncul lah isitlah citizen journalism.
    Koran Banjarmasin Post, koran terbesar di Kalsel tidak mau ketinggalan mengakomodir para penulis di blog. Rencananya tiap edisi Jumat, BPost menampil tulisan-tulisan para blogger secara bergiliran. Untuk memudahkan, Bpost menggunakan satu tema besar tulisan, yakni  tentang "pengalaman perjalanan". Nanti tulisan dan blog akan ditampilkan di koran Banjarmasin Post. Bagi blogger Kalsel yang berminat bisa korenspondensi melalui www.royannaimi.multiply.com. Atau lewat email royan.naimi@gmail.com.

Trims Atas perhatiannya
  

Selasa, 06 Januari 2009

3 Ayo Menulis di Blog

BUKAN hanya wartawan atau penulis profesional bisa membuat tulisan menarik, atraktif dan enak di baca. Seiring kemajuan teknologi, muncul penulis-penulis lepas dengan kualitas tulisan tak kalah dari penulis profesional. Teknologi sangat membantu dengan menyediakan fasilitas, salah satunya adalah blog. Tiap hari  muncul ratusan bahkan ribuan blogger. Lalu muncul lah isitlah citizen journalism.
    Koran Banjarmasin Post, koran terbesar di Kalsel tidak mau ketinggalan mengakomodir para penulis di blog. Rencananya tiap edisi Jumat, BPost menampil tulisan-tulisan para blogger secara bergiliran. Untuk memudahkan, Bpost menggunakan satu tema besar tulisan, yakni  tentang "pengalaman perjalanan". Nanti tulisan dan blog akan ditampilkan di koran Banjarmasin Post. Bagi blogger Kalsel yang berminat bisa korenspondensi melalui www.royannaimi.multiply.com. Atau lewat email royan.naimi@gmail.com.

Trims Atas perhatiannya

Royan Naimi
    

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates