Senin, 31 Desember 2012

0 Menjadi Autis Teknologi

    KOMUNIKASI merupakan proses seseorang atau beberapa orang, satu kelompok, bisa pula organisasi, termasuk di dalamnya masyarakat yang menciptakan serta menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
    Paling umum komunikasi dilakukan secara verbal atau lisan. Namun, ada kalanya konikasi verbal tak bisa membuat dua pihak mengerti. Mungkin pula ingin agar informasi yang mau disampaikan tidak diketahui orang lain. Maka, digunakanlah komunikasi nonverbal.
    Maka, bahasa isyarat dengan memanfaatkan mimik dan gestur tubuh menjadi sarana penyampaian informasi. Komunikasi nonverbal ini malah lebih tua usianya dibanding komunikasi verbal karena diduga sudah digunakan sejak zaman prasejarah, dan hingga kini masih sering dipakai sebagai pelengkap komunikasi verbal.
    Seiring kemajuan zaman, sarana untuk berkomunikasi pun berkembang. Verbal dan nonverbal tak lagi bisa menampung arus perubahan di bidang informasi. Apalagi verbal dan nonverbal mensyaratkan kedua belah pihak untuk saling berhadapan.
    Kemajuan teknologi membawa komunikasi verbal dan nonverbal ke dalam sarana yang lebih praktis. Berturut-turut muncul sesuai perkembangan zaman, korespondensi melalui surat, telepon, ponsel, SMS, internet yang didalamnya ada email dan instant messaging (IM) dan sosial media.
    Bagi penggemar chatting tentu IM sudah tak asing lagi. Ada banyak macam IM, dan terus berkembang sesuai kebutuhan. Pada era 1990-an hingga akhir 2000-an anak muda kala itu menyenangi berkomunikasi melalui internet relay chatting (IRC). Tak kalah populer adalah Yahoo Messenger yang hingga kini masih banyak penggunanya, serta masih banyak lainnya.
    Sekarang ini, perkembangan IM amat sangat pesat. Penggunaannya semula hanya dapat diakses pengguna komputer. Sekarang ini telah dapat diakses melalui telepon genggam. Dengan kemampuan yang dimiliki telepon genggam untuk mengakses internet, maka para pengguna IM dapat mengakses dunia maya kapan saja dan dimana saja. Lalu, lahir dan booming-lah BlackBerry Messenger (BBM) dan dilanjut oleh WhatsApp.
    Sayang, instant messaging juga berdampak berkurangnya kegiatan sosial penggunanya di dunia nyata. Tak heran kalau beberapa orang berkumpul di loby, mereka asyik BBM-an dengan BlackBerry-nya atau chatting pakai WhatsApp di ponsel cerdas Android miliknya. Seperti penderita autis yang tidak mengenal lingkungannya, hanya dirinya sendiri.
    Teknologi bisa mempermudah sekaligus memilik dampak negatif. Seseorang bisa dengan gampang menjalin hubungan jarak jauh melalui instant messaging dan sosial media. Satu persatu teman lama kembali diajak berkomunikasi. Tak sedikit dapat teman baru. Tapi, ketika seseorang betah berlama-lama di depan komputernya untuk berkomunikasi melalui dunia maya, maka satu persatu teman-temannya di dunia nyata berkurang, bahkan menghilang.
    Masih banyak hal yang indah di luar sana. Tak ada salahnya menyisihkan sedikit waktu untuk kumpul bareng teman, kolega atau keluarga. Perlu diingat, dunia maya tetap saja maya. Bukan dunia nyata. (*)


Foto: carphonewarehouse.com   

Kamis, 27 Desember 2012

0 Balada Negeri Baca

    MEMBACA merupakan salah satu cara mendapatkan informasi selain dengan cara mendengar. Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf.
    Disebut kegiatan fisik karena melibatkan panca indra, terutama mata. Dikatakan kegiatan mental lantaran melibatkan otak, bagian-bagian dari syarafnya bekerja menerjemahkan apa yang diserap oleh mata lalu memunculkan persepsi dan atau menyimpan di dalam memori.
    Saking pentingnya membaca, perintah Allah SWT yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan perantara Malaikat Jibril adalah membaca."Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-Alaq: 1-5).
    Saat ini, sebutan membaca berkembang sangat pesat. Konteksnya tidak lagi pengertian secara harafiah. Meskipun data buta huruf di negeri ini masih lumayan tinggi, tapi sebenarnya Indonesia kaya akan orang yang memiliki kemampuan membaca.
    Ada tiga kelompok orang yang memiliki kemampuan membaca. Pertama pembaca sebenarnya, yakni mereka yang memang suka membaca buku, majalah, koran dan sebagainya.  Kedua, kelompok orang yang memiliki kemampuan membaca garis tangan, membaca kartu bahkan membaca pemikiran orang lain.   Kalau dikaitkan dengan pengertian membaca, kemampuan yang dimiliki orang-orang seperti itu tidak dapat diberi embel-embel membaca. Sebab yang mereka baca bukan tulisan dan huruf-huruf.
   Kelompok ketiga, memiliki kemampuan 'membaca' tapi tidak menambah kata membaca pada aktivitasnya. Meskipun tanpa kata itu, tapi keyakinan tentang apa yang diperkirakannya sangat besar, bahkan lebih condong haqqul yakin benar. Padahal, namanya prediksi bisa saja meleset.
    Masuk kelompok ini adalah peramal cuaca, pengamat politik, pengamat ekonomi, pengamat sosial, komentator olahraga dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang mumpuni di bidang masing-masing. Memiliki pula kemampuan membaca situasi di bidang yang digelutinya. Kemampuan itu jadi dasar melakukan prediksi ditimpali data-data statistik.
    Perhatikan ketika komentator olahraga berbicara di televisi, seakan-akan tahu segalanya. Sementara para pengamat memosisikan diri sebagai paling benar ketika berdebat. Apalagi jika berbicara mengenai keburukan bangsa ini. Herannya, selalu ada saja yang buruk dari bangsa ini, dan dijadikan bulan-bulanan media untuk dibikin jadi berita utama.
    Timbul pertanyaan di dalam benak, kalau bahan bacaan adalah pemasok data paling utama kepada pembacanya, lantas apa buku yang dibaca oleh kelompok kedua dan ketiga? Pastilah bukan buku komik atau buku esek-esek.(*)

Foto: thegrio.com








































Rabu, 26 Desember 2012

0 Belajar Setia dari Hewan

    NAMA anjing ini Hachiko. Mungkin ia sosok paling pas di era modern ini sebagai penggambaran hewan piaraan paling setia. Kesetiaannya membuat sineas Holywood mendokumentasikan dalam sebuah film komersil berjudul Hachi dibintangi aktor keren Richard Gere.
    Hachiko nyata adanya. Di alun-alun Timur Stasiun Kereta Api Shibuya, Jepang, terdapat patung yang termasyur hingga ke mancanegara. Patung ini bukan sosok seorang pahlawan atau ornamen penghias taman stasiun, melainkan patung Hachiko.
    Patung ini dibuat oleh seorang seniman Ando Takeshi pada 1935 sebagai kenang-kenangan atas kesetiaan Hachiko pada tuannya. Bagi yang pernah menonton filmnya tentu bakal ingat dan trenyuh, betapa seekor anjing bisa begitu setia menunggu tuannya pulang kerja. Tanpa dia tahu sang tuan telah meninggal dunia.  Kesetiaan itu Hachiko bawa sampai mati, setelah selama 9 tahun lebih, berkeliaran di stasiun dan selalu menunggu tuannya tiap pukul 03.00 sore di pintu masuk stasiun.
    Ya, Hachiko hanya satu dari sedikit cerita kesetiaan hewan piaraan pada tuannya. Bagi umat Islam, jauh sebelum Hachiko lahir, ada pula cerita yang dinukilkan dalam kitab suci Alquran yakni kisah Ashabul Kahfi. Bahkan di Alquran ada surah khusus tentang kisah beberapa pemuda beriman dan seekor anjing yang setia yakni Surah Al Kahfi.
    Dengan izin Sang Pencipta, para pemuda beriman ini tertidur di dalam gua selama 309 tahun begitu pualng sang anjing. Diperkirakan mereka hidup pada masa Raja Diqyanus berkuasa di Roma, beberapa ratus tahun sebelum Nabi Isa Al Masih lahir.
    Mereka memilih menyepi dan bersembunyi di gua dari pada hidup di tengah negeri yang dikuasai raja zalim dan penyembah berhala. Anjing yang mengikuti perjuangan para pemuda ini dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang dijamin masuk surga.
    Hubungan antara hewan piaraan adalah hubungan emosional luar biasa dekat. Bukan hubungan antara budak dengan tuannya. Bahkan, tak sedikit orang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan binatang piaraannya. 
    Anjing dan hewan piaraan mengajarkan kepada manusia nilai moral kesetiaan. Kesetiaan yang tanpa pamrih. Berbeda dengan manusia yang kebanyakan mengharap imbalan atas kesetiaannya. Satu hal lagi, manusia juga sangat mudah melepas kesetiaannya lalu berpaling pada yang lain.
    Ada banyak kebaikan yang diajarkan dari membangun hubungan yang baik dengan hewan piaraan menurut Wayne Pacelle, President and Chief Executive Officer dari Humane Society of the United States (HSUS) yang juga seorang penulis  buku, The Bond: Our Kinship with Animals, Our Call to Defend Them.
    Pertama, hewan piaraan membuat tuannya merasa lebih baik, kedua membuat lebih sehat, ketiga membantu menurunkan tingkat stres dan keempat mampu mengusir rasa kesepian. Tiap Presiden Amerika Serikat selalu diberi anjing peliharaan untuk menemani jalan-jalan berolahraga dan sebagainya.
    Jadi, kalau belum mampu untuk memelihara hewan, tak ada salahnya jika berusaha sayang dan peduli pada semua binatang. Termasuk yang menghuni alam liar. Bukan malah memburunya karena dianggap sebagai hama, seperti orangutan. Save Our Orangutan!


Foto: tokyoarchitecture.info

Selasa, 25 Desember 2012

0 Harmoni, Melodi dan Ritme

    INDIA merupakan negara salah satu negara yang memiliki tradisi musik tertua di dunia. Referensi musik klasik India (Marga) telah dituliskan dalam kitab suci kuno dan tradisi Hindu. Berbagai jenis seruling dan alat musik yang terbuat dawai atau senar telah ada sejak zaman Peradaban Lembah Sungai Indus.
    Sementara Cina, merupakan negara pertama pengumpul dan  memiliki alat musik prasejarah terbanyak, diperkirakan dari 7000 sampai dengan 6600 SM.Bahkan, negeri yang memiliki peradaban tinggi sejak zaman Sebelum Masehi ini memiliki kumpulan musik tertulis dalam bahasa kuno, diperkirakan ada sejak 1400 SM! Bayangkan, saat bangsa Cina sudah mengenal notasi musik pada 1400 SM, negara Indonesia masih belum terbentuk. 
    Ya, Hampir tiap negara punya sejarah musik berbeda. Cina dan India telah mencatatkannnya dalam lembar peradaban mereka. Negara- negara di Eropa dan Amerika pun memiliki sejarah musiknya sendiri. Demikian pula Indonesia. Makanya, tak heran ada ungkapan musik adalah bahasa yang yang universal.
    Melalui musik, bahasa formal ditanggalkan. Tak peduli beda warga negara, tapi kalau menyukai musik yang sama, maka perbedaan itu akan luruh. Dinding pembatas dan pengkotak-kotakan derajat manusia akan lenyap saat suara musik yang sama-sama disukai terdengar.
    Hampir tak pernah terdengar bentrok antara pendukung musik aliran A dengan aliran B. Memang, kalau kericuhan dalam sebuah konser musik sekali dua kali bisa terjadi. Tapi biasanya lantaran sebagian kecil penggemar dari aliran musik itu sendiri yang bermasalah. Bukan bentrok antar aliran.
    Di Kalsel, sampai ada istilah gepsok (digepak, langsung sodok) setiap ada hiburan musik aliran tertentu. Mencirikan penontonnya sendiri yang tidak tertib, membawa senjata tajam, minum minuman keras, berjoget semaunya sampai bersenggolan. Lalu belati 'bicara'.
    Sebenarnya, tak jarang dalam satu panggung, beberapa pemusik yang mengusung aliran berbeda bisa tampil bareng. Penonton atau penggemarnya bisa saja tertib. Jadi, rusuh dalam sebuah konser musik bukan lantaran musiknya yang keras atau genre musik tertentu dianggap sebagai pemicunya. Melainkan dari penyuka musik itu sendiri.
    Dan, kalau bicara suka atau tidak suka, maka berkaitan dengan sifat dari musik itu sendiri. Musik tak bisa dipaksakan. Penggemar dangdut tak bisa disuruh menyukai musik rock. Demikian pula penyuka musik pop tak mau jika dipaksa harus mendengarkan musik keroncong.
    Kelihatannya memang seperti pengkotak-kotakan. Tapi, itulah kenapa musik dianggap bahasa yang universal. Keragaman yang dibingkai dalam harmoni, melodi dan ritme. (*)

Foto: hoopcity.ca

Jumat, 21 Desember 2012

0 Ngeblog Bermartabat

    SEANDAINYA Blogger.com yang dimiliki oleh Pyra Labs tidak diakuisisi oleh raksasa mesin pencari Google pada 2002, mungkin aktivitas ngeblog tak seramai sekarang. Sejak akuisisi itu, banyak aplikasi-aplikasi bersifat terbuka yang diperuntukkan pada perkembangan penulisan blog.
    Kemudian, jikalau Matt Mullenweg bukan pengguna aktif b2/cafelog yang dikembangkan oleh Michel Valdrighi. Kemudian ia tertarik lantas 'jatuh cinta' pada b2. Padahal, aplikasi open source (aplikasi terbuka) ini dihentikan pengembangannya oleh Michel Valdrighi, bisa saja WordPress.com tak pernah ada.
    Setahun setelah Blogger.com diambil alih Google, muncul WordPress.com hasil pengembangan yang dilakukan Matt Mullenweg dan Mike Little. Sama seperti Blogger.com, WordPress.com juga berkembang pesat karena dukungan komunitas pada perangkat lunak sumber terbuka untuk blog.
    Blogger.com dan WordPress.com adalah merupakan penyedia jasa blog gratisan yang plaing popular di dunia. Selain keduanya masih ada lagi LiveJournal, Typad atau Multiply.com. Salah satu kelebihan blog adalah menyatukan penggunanya menjadi satu ikatan berdasar kesamaan tertentu. Misalnya, sama dalam asal daerah, sama-sama satu kampus atau satu sekolah, hobi yang sama atau sama-sama ingin menghasilkan uang dari ngeblog.
    Blog memperkaya dunia maya dengan menjadi pemicu terbentuknya komunitas-komunitas berdasar kesamaan tertentu. Di Indonesia, ikatan itu semakin kuat karena ditambah dengan 'budaya' kopi darat. Istilah kopi darat ini memang sudah berlangsung lama, sejak komunikasi dan pertemanan popular dijalin lewat radio amatir.
    Semangat yang ingin dibangun mungkin untuk saling kenal, tatap muka secara langsung. Seperti pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Kenal melalui radio amatir atau via dunia maya masih kurang sreg jika tak bertemu muka secara langsung.
    Kelebihan blog lainnya adalah sebagai sarana untuk berekspresi. Manakala dunia nyata tak bisa menampung 'suara hati' dari seseorang, maka blog menjadi ajang pelampiasan, membagikan tulisan, gambar, video dan sebagainya. Ketika media cetak atau media elektronik menerapkan aturan ketat sebelum merilis berita, blog mengabaikan itu dengan kemudahan dan fasilitas yang ada.
    Tiap manusia lahir ke dunia sebagai makhluk bebas. Namun, berangsur dengan penambahan usia mulai dikenai dogma, baik di lingkungannya maupun secara lebih luas. Sampai saat ini, kebebasan berekspresi di dunia maya lebih kuat dibanding dunia nyata.
    Walaupun kadang kala, hukum masih bisa menyasarnya. Tapi hal itu terjadi jika pengguna blog, jejaring sosial atau fasilitas di dunia maya lainnya merambah wilayah abu-abu, yakni wilayah percampuran antara dunia maya dan dunia nyata.
    Jadi, mumpung pemerintah Indonesia belum membuat undang-undang mengatur aktivitas blogging, maka gunakan blog sebebasnya. Mau posting tulisan silakan, mau unggah video monggo, ingin menampilkan gambar tak ada yang melarang. Asal aktivitas itu dilakukan secara bermartabat. Konten hasil bikinan sendiri, atau copy paste dengan mencantumkan sumber artikel. Kalau konten blog isinya pornografi, tentu merambah wilayah abu-abu tadi. Bukan aktivitas bermartabat dong!

Foto: 

0 Pelaku Baik atau Kejam

    BISNIS itu kejam. Entah dari mana mulanya persepsi mengenai bisnis yang kejam ini. Mungkin, dikaitkan dengan upaya, usaha menggapai sukses dalam berusaha, tapi dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Bahkan, tak jarang menjatuhkan orang lain demi kepentingan sendiri.
    Sebenarnya kalau dilihat lebih jauh, bukan bisnis yang mampu berbuat kejam seperti itu, melainkan pelakunya. Manusianya. Bisnis hanya alat atau sarana. Jadi, walaupun bukan di bidang bisnis sekalipun, bakal muncul tokoh antagonis yang rela melakukan apapun demi tergapainya tujuan.
    Kalau bicara soal kejam, dunia politik sebenarnya lebih kejam dari dunia bisnis. Seorang kawan bisa berubah jadi lawan dalam hitungan detik. Politik juga bisa membuat sesuatu yang baik terlihat jelek atau sebaliknya, sesuatu yang buruk tampak baik.
    Tapi, sama seperti dunia bisnis. Politik pun hanya sarana, cuma alat. Pelakunya, yakni si manusiannya lah yang mampu berbuat jahat nan kejam. Akibatnya banyaknya pelaku yang memanfaatkan sarana politik untuk kepentingannya, maka tampak kejamlah dunia politik.
    Akan lebih berbahaya ketika pelaku dunia politik berkolaborasi dengan pelaku bisnis untuk memenangkan kelompok tertentu. Bayangkan, satu pelaku saja, misal pelaku bisnis yang mengggunakan segala cara untuk mencapai sukses (termasuk cara-cara menyimpang), dampaknya sudah sangat negatif. Apalagi jika bekerja sama dengan pelaku dunia politik yang memiliki tujuan sama, dampak negatifnya bukan hanya pada satu dua orang. Bisa berdampak regional bahkan nasional, bahkan dunia.
    Aktivitas bisnis adalah keniscayaan. Sementara politik berada di ranah abu-abu. Namun, pengaruh bisnis pada sendi-sendi kehidupan sangat besar bagi kehidupan ekonomi, sosial dan politik sejarah peradaban umat manusia.
    Kekuatan ekonomi bisa mempengaruhi stabilitas politik suatu negara. Lihat krisis ekonomi yang dialami negara-negara Eropa yang berpengaruh pula pada kondisi politik di sana. Tak jarang, kejatuhan atau kebangkitan rezim penguasa suatu negara juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kondisi usaha, kondisi bisnis suatu negara.
    Namun, kembali pada pelaku tadi. Pelaku lah yang memegang peran penting apapun dunia yang dijalaninya. Maka, kalau di bidang bisnis jadilah pelaku bisnis yang baik. Di dunia politik jadilah potikus yang baik. Tapi hal seperti itu memang masih dalam impian, dalam tataran ideal.  Toh, baik atau buruk adalah bagian dari kehidupan. Sudah digariskan Sang Pencipta. Tapi, tetap pelaku masih bisa memilih, jadi baik atau jadi kejam. (*)


Foto: berbisnis-tiket-pesawat.com













Kamis, 20 Desember 2012

0 Kurang Jeli Baca Potensi

    PADA 2005, Android Inc masih berupa perusahan kecil besutan Andy Rubin dan rekannya, Rich Miner, Nick Sears dan Chris White,  berbasis di Palo Alto, California, Amerika Serikat. Namun, tahun itu jadi tonggak sejarah perkembangan Android ketika dibeli raksasa search engine, Google.
    Andy (Andrew) Rubin yang ikut bergabung di Google akhirnya menelorkan sistem operasi bebrasih Linux untuk ponsel dan perangkat mobile lainnya. Bisadibilang, Andy Rubin adalah bapak (pelopor) penggunaan sistem operasi Android di ponsel dan perangkat bergerak lainnya.
    Kini, Android menjadi salah satu sistem operasi yang mendominasi pasar bersama iOS (Apple) dan BlackBerry (RIM).    Lalu, berturut-turut muncul sistem operasi Android Cupcake 1.5, Android Donut 1.6, Android Eclair 2.0.x/2.1.x, Android Froyo 2.2.x, Android Gingerbread 2.3, Android Gingerbread 2.3.3, Android Honeycomb 3.0 dan Android Ice Cream Sandwich 4.0.
    Melihat jejak rekam Andy Rubin, sukses yang diraihnya melalui produk Android seperti sekarang bukan semudah membalik telapak tangan. Ada proses yang harus dilalui. Ada tahapan pada tiap level pekerjaannya yang membentuk Andy Rubin menjadi seperti sekarang.
    Apa yang diusung Android adalah spirit keterbukaan (open source). Ketika mayoritas vendor 'pelit' membagi sistem operasinya untuk bisa diutak-atik oleh pelanggannya sendiri, Android besutan Rubin dan kawan-kawan menabrak pakem itu. Andorid memungkinkan tiap pemilik punya hak mengembangkan sendiri gadgetnya. Hal ini sedikit demi sedikit ditiru vendor lain. "Kami tidak sedang membuat sebuah ponsel Google, Kami memungkinkan ribuan orang untuk membuat ponsel Google!" ucap Rubin suatu ketika.
    Tapi, sukses yang diraih Google bersama Android memang bukan semata gara-gara Rubin. Kesuksesan ini adalah gabungan dari visi jenius seorang Andy Rubin, ditempa melalui proses panjang, ditambah kejelian pimpinan Google untuk mengembangkan bisnis mobile.
    Tak terbayangkan jika, David Lawee yang menjabat Vice President of Corporate Development Google tidak mempercayai kemampuan Andy Rubin. Lawee memang sempat ragu karena dua tahun setelah akuisisi, Rubin belum menghasilkan sesuatu yang sepadan dengan apa yang sudah dikeluarkan Google. Namun, seperti fakta saat ini, Android menguasai pasar ponsel dan gadget lainnya. Apalagi Android adalah sistem yang mudah dioperasikan, fleksibel dan mudah diupgrade.
    Indonesia sebenarnya punya orang-orang macam Andy Rubin, orang pintar yang punya visi jauh ke depan. Sayang, tenaga mereka tak bisa maksimal dikeluarkan di Tanah Air (malah dihargai di luar negeri) karena pemimpin negeri ini, kurang jeli membaca potensinya. (*)

Foto: androidpolice.com









Rabu, 19 Desember 2012

0 Arti Sebuah Nama

    APALAH arti sebuah nama. Kalimat ini mendunia berkat penyair asal Inggris, William Shakespeare. Dia membuat drama tragedi yang sangat terkenal, Romeo dan Juliet. Dalam salah satu adegan, Romeo menyebutkankan kalimat tersebut.
    Bagi Romeo, nama sudah tak lagi penting. Cintanya ynag begitu besar pada Juliet, melunturkan perbedaan garis keturunan, nama belakang keluarga yang berbeda dan saling bermusuhan. Hal yang sama juga terjadi pada Juliet.
    Tapi, bagi kebanyakan orang nama sangatlah penting. Bahkan, bisa saja lebih penting dari pribadi-pribadinya sendiri. Nama juga perlambang, representasi dari makhluk bernyawa dan benda. Ketika seseorang jadi pusat perhatian, baik dalam kondisi nestafa maupun bahagia, hal pertama yang ingin diketahui khalayak adalah siapa dia (namanya, Red). Baru diikuti keterangan-keterangan tambahan lain macam pekerjaan, alamat, istri, anak dan sebagainya.
    Bahkan, ketika seorang manusia tak lagi bernyawa semisal korban pembunuhan, identitas awal yang dicatat aparat kepolisian adalah namanya. Lebih detail lagi apa nama bin atau bintinya atau nama keluarganya. Kalau mayat tak tak diketahui identitasnya pun masih tetap diberi nama, yakni Mrs X (perempuan) dan Mrs X (lelaki).
    Beberapa orang seringkali tidak mau menyebutkan nama aslinya saat pertama kali berkenalan dengan orang baru. Ada sejumlah perempuan sangat ketakutan jika nama keluarga atau nama orangtua laki-lakinya diketahui lawan jenis yang baru dikenal. Kabarnya takut diguna-gunai. Soal guna-guna memanfaatkan nama klan memang tidak ada pembuktian secara empiris.
    Sementara, beberapa orang bahkan merasa takut dan merasa terancam jika nama aslinya dipublikasikan dengan berbagai macam alasan tentunya. Ada pula orang-orang yang harus mengganti namanya dengan berbagai alasan. Misalnya karena kesan jelek atau kampungan. Sebaliknya, ada yang mengganti nama keren, perkotaan, masa kini dengan nama terdengar lucu di telinga. Namun, yang lebih penting, ada yang harus mengganti nama dan identitasnya karena terlibat tindak kriminal, menjadi saksi penting atau yang terancam jiwanya.
    Umumnya, nama seseorang yang diberikan orangtua kepada anaknya merupakan sebuah harapan dan doa. Paling tidak, dengan nama itu perjalanan hidup sang buah hati sesuai sebagaimana makna sebutan namanya.
    Jadi, ketika muncul pertanyaan "Apalah arti sebuah nama?" Maka jawabannya adalah sangat banyak arti dan manfaat. Seperti pabrikan mobil mewah asal Jerman, BMW memberi nama varian produknya. Dikutip dari id.wikipedia.org, Mobil BMW dinamai dengan sistem penamaan tertentu, biasanya tiga digit angka yang diikuti oleh satu atau dua huruf.
   Angka pertama adalah nomor seri mobil, dua angka berikutnya biasanya melambangkan besarnya kapasitas mesin dalam cc yang dibagi 100. Meski begitu, mobil BMW yang keluar belakangan ini menggunakan 2 nomor belakang sebagai indeks performa. Jadi, siapa bilang nama tak punya arti?

Foto:whimquarterly.com

Selasa, 18 Desember 2012

0 Menulis dengan Hati

    TIAP orang yang bisa menulis, pasti bisa membaca. Wajar saja, di sekolah, pelajaran kedua setelah membaca adalah menulis. Namun, tidak semua orang mampu menulis dan hasil tulisannya disukai orang lain. Maka, orang-orang seperti Stephen King, Bud Garner, JK Rowling atau Andrea Hirata, adalah orang-orang yang punya kelebihan dalam mengolah kata hingga memikat banyak orang untuk membeli karyanya.
    Ya, menulis bukan pekerjaan sepele. Langkah berikutnya setelah seseorang bisa membaca adalah belajar menulis. Jika membaca memerlukan otak untuk mengenal huruf, menyimpannya di dalam memori lalu huruf-huruf dirangkai menjadi kata dan kalimat, maka ketika seseorang menulis, otak bakal bekerja lebih keras. 
    Ada proses kreatif yang merangsang otak bekerja lebih dibanding membaca. Mulai dari proses pencarian ide, membuat kerangka dasar penulisan kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Sebuah proses yang tak gampang.
    Makanya, Bud Garner, salah seorang penulis buku best seller Chicken Soup Series, mengatakan, betapa menulis punya kelebihan dibanding sekadar membaca atau berbicara. "Ketika kamu bicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruang atau sepanjang koridor. Tapi ketika menulis, kata-katamu bergaung sepanjang zaman," kata Garner.
    Tapi, seorang penulis juga manusia (bukan cuma rocker yang manusia), dalam proses kreatif tak luput dari alpa, salah dan khilaf. Sayang, kadang penulis lupa akan kesalahannya, atau malah tak mau tahu punya salah, merasa paling benar.      
    Maka, bermunculan penulis yang membawa kontroversi. Tulisannya menimbulkan polemik berkepanjangan. Bahkan tak jarang memancing emosi kaum, ras dan golongan tertentu. Ujung-ujungnya buku yang ditulis laku keras dengan menjual kontroversi itu. Satu contoh adlaah Salman Rusdi, penulis buku The Satanic Verses.
    Ada pula media abal-abal, yang menjual sensasi ke pembacanya tanpa tahu etika. Demi oplah dan pendapatan, segala cara dihalalkan, hingga mau-maunya 'melacurkan' profesi. Kepada sesama rekan media berani melecehkan, menjatuhkan lantaran tuntutan bisnis. Idialisme pers pun dikubur dalam-dalam di dasar keserakahan dan kepentingan tertentu.
    Penulis yang baik adalah pembaca yang sangat baik. Ibarat belajar, penulis yang baik sudah khatam membaca. Bukan hanya membaca dalam arti sesungguhnya, tapi juga bisa membaca situasi dan kondisi lalu menuangkannya dalam bentuk karya tulisan.
    Jika pecipta sejarah kebanyakan adalah penguasa, maka di tangan penulis, di ujung penanya, sejarah bisa bermula, berakhir atau stagnan. Ini menunjukkan betapa pentingnya profesi penulis. Seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, seorang ulama, ahli fikir, ahli filsafat Islam. Kalau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. Tapi, menulislah dengan hati. (*)

Foto: Imam Al Gahzali, sumber:  edukasi.kompasiana.com

0 Inovasi 'Gila'

    "DULU saya sulit untuk melupakan mantan pacar, namun setelah saya berobat di klinik ....., mantan pacar saya yang sulit untuk melupakan saya, terima kasih klinik ......."
    "Dulu saya senang nonton motoGP. Tapi sejak berkunjung ke klinik ....., saya jadi kecanduan nonton 3gp."
    Demikian dua dari puluhan atau lebih plesetan sebuah iklan klinik pengobatan alternatif yang beredar di dunia maya beberapa waktu lalu. Bagi yang pernah menyaksikan iklan aslinya di layar kaca, hampir bisa dipastikan tergelitik hatinya jika membaca atau melihat plesetan iklannya. Paling tidak sedikit tersenyum simpul menahan tawa.
    Ya, dalam beberapa Minggu terakhir, sebuah iklan klinik pengobatan alternatif yang sangat sering tayang di berbagai saluran televisi swasta nasional, jadi perbincangan hangat di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter maupun broadcast di BlackBerry Messenger hingga beberapa forum komunitas online.
    Iklan yang berisi testimoni sejumlah pasien dan dikemas gaya iklan jadul (zaman dulu) jadi makanan mereka yang punya ide dan inovasi tinggi plus sedikit sifat usil. Entah siapa yang memulai, satu demi satu plesetan testimoni pasien klinik itu beredar di dunia maya. Belakangan, plesetan iklan itu menjadi trending topic di jejaring sosial.
    Dibanding pariwara lain yang menjual eksotisme alam, kecantikan maupun kegantengan bintang iklannya, iklan klinik itu sangat sederhana. Hanya pengakuan beberapa pasien yang pernah berobat dan sembuh. Lantas, kenapa bisa jadi populer?
    Iklan tersebut juga melanggar Peraturan Menteri kesehatan No. 1787 Tahun 2012 mengenai Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan, lantaran menayangkan testimoni pasien. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun tak tinggal diam dengan memberi teguran per tanggal 31 Mei 2012 lalu.
    Sebelumnya, KPI juga telah menerima surat dari Badan Pengawas Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (BPP P3I) No. 635/BPP- PPI/III/2012 pada 12 Maret 2012. Isinya permintaan agar KPI Pusat melakukan tindakan sesuai kewenangannya melihat maraknya fenomena iklan pelayanan kesehatan di lembaga penyiaran.
    Bukan maksud memvonis, tapi rasanya sangat kecil peluang iklan tersebut untuk meraih Pinasthika Award, sebuah ajang lomba cipta iklan kreatif. Meski tidak tergolong kreatif, namun si pencipta iklan mampu menciptakan spot pariwara, walaupun kurang sedap dipandang tapi tertanam di indra yang melihatnya. Ditambah kontinuitas penayangannya di layar kaca, maka iklan klinik itu melekat di benak pemirsa.
    Dengan kata lain, iklan itu sukses menanamkan brand di masyarakat, terlepas apakah dipandang positif atau negatif. Parodi atau plesetannya yang beredar di dunia maya adalah bagian dari kesuksesan promo iklan itu.
    Tak cukup hanya kreatif untuk menjadikan sesuatu yang tak dikenal menjadi populer bahkan disukai. Inovasi 'gila' dan sedikit usil juga diperlukan. Seperti pembuat teka-teki silang. Tanpa inovasi, teka-teki dianggap sebagai rutinitas biasa di edisi Minggu sebuah koran. (*)



Foto: portal.ristek.go.id

Senin, 01 Oktober 2012

0 Kesan Mendalam di Otak

    JELANG 1990-an, di kalangan anak yang baru beranjak remaja di Kota Banjarmasin, populer bermacam istilah, singkatan maupun akronim. Biasa dijadikan bahan untuk mengejek teman atau orang lain. Dan, saling berbalas. Saling mengejek mungkin biasa, walaupun sebenarnya juga tak baik dijadikan kebiasaan. Namun, yang jadi masalah ketika bahan untuk mengejek teman itu adalah istilah atau akronim yang berkonotasi buruk.
    Ketika itu tengah populer kata 'Kasus' akronim dari 'Kami Anak Suka Urusan Seks'. Merupakan gambaran bagi mereka yang suka melakukan hubungan terlarang. Parahnya, kata 'Kasus' sering dibawa ke ranah ejek mengejek alias bahapakan ini.
    Uniknya, di kalangan remaja, kata 'Kasus' digunakan untuk mendeskreditkan cewek yang berpotongan rambut pendek. Sebab, beredar kabar, salah satu ciri perempuan 'Anggota Kasus' adalah berambut pendek. Tentu kasihan bagi cewek berambut pendek.
    Saya yakin, bagi remaja perempuan pada masa itu, memilih potongan rambut pendek sama saja 'bunuh diri' jadi bahan ejekan. Bagi yang sudah terlajur, apa boleh buat, dirasakan saja sindiran yang menusuk hati.
    Tapi, tak bisa dipungkiri. Cara-cara seperti itu sangat menjatuhkan martabat seseorang. Dan saya yakin, terbawa sampai usia dewasa. Mungkin bagi remaja saat itu adalah mengasyikkan bisa mengejek orang sedemikian rupa. Tapi mereka tak menyadari efeknya luar biasa dan lama.
    Ini sama dengan menonton film. Baik drama, komedi maupun action, semua meninggalkan kesan. Biarpun banyak film yang kita tonton, bahkan saking banyaknya sampai lupa judulnya, tapi ketika film itu dilihat lagi oleh indera penglihatan, perlahan ingatan Anda mulai merangkai kembali adegan demi adegan yang pernah disaksikan.
    Film merupakan alat propaganda yang efektif untuk menanamkan faham, aliran maupun doktrin. Generasi yang merasakan kepemimpinan Orde Baru pasti masih ingat film G 30S/PKI yang diputar tiap 30 September di TVRI. Bahkan pada awal-awalnya, anak- anak sekolah diwajibkan menonton di bioskop.   
    Setelah Orde Reformasi, film itu tak lagi diputar karena dianggap menimbulkan kontroversi dalam interpretasi sejarah kelam negeri ini. Tapi, meski sudah puluhan tahun berlalu, saya yang pernah menonton film itu masih ingat potongan adegan, terutama ketika seorang perempuan yang digambarkan sebagai anggota PKI menyilet muka seorang jenderal.
    Efeknya lama dan kesan mendalam. Itulah film. Para pembuatnya harus menyadari. Maka, bikinlah film yang bagus agar kesan yang baik tertanam di otak penonton. (*)

Rabu, 26 September 2012

0 Mimpi Jadi Model

    KETIKA mau bikin tulisan, sudah jadi kebiasaan saya untuk browsing dulu dibantu Mbah Google. Rasanya tak lengkap tulisan tanpa referensi yang didapat setelah mengulik mesin pencari tercanggih dan terbesar di dunia itu. Ibarat makan nasi tanpa garam.
    Begitu pula ketika mau membuat tulisan ini. Langsung terlintas di benak, kata kunci yang saya pikir tepat untuk mencari bahan bagi tulisan singkat. 'Mimpi jadi model', demikian keyword yang saya pilih.  Dalam bayangan saya, ketika tiga kata itu 'dikasih' kepada Mbah Google, muncul tulisan tentang pengalaman seorang model, entah itu model catwalk, model majalah atau model kalender. Isinya menceritakan hasrat, keinginan, upaya dan mimpi yang mereka pelihara agar terapai sukses sebagai model dengan bayaran tinggi.
    Rupanya prediksi meleset, meskipun tidak jauh-jauh amat dari kata model. Pada halaman pertama Google, pada deretan teratas adalah tulisan dari sebuah situs pemberitaan tentang seorang artis yang menjaga bobot tubuhnya, demi memuluskan mimpinya menjadi model. Tapi bukan sembarang model, selebritas ini ingin jadi model majalah Playboy Amerika Serikat!
    Saya sedikit menggurutu. Kenapa perkiraan bisa meleset? Kenapa yang muncul malah tulisan (menurut saya) yang tidak penting ini? Sesuatu yang saya pikir tak lazim, mimpi jadi model yang memperlihatkan aurat. Hampir semua orang tahu majalah milik Hugh Hefner ini mengeksploitasi tubuh perempuan dengan dalih seni fotografi.
    Dari 10 tulisan yang terindeks di halaman pertama Google, empat diantaranya merupakan tulisan tentang selebritas Tanah Air yang bermimpi ingin jadi model majalah Playboy. Hal ini menunjukkan bahwa tulisan tentang mimpi jadi model majalah tersebut ratingnya cukup tinggi. Rating tinggi berarti hits atau yang mengklik untuk membaca cukup banyak.
    Walaupun tidak bisa diabaikan pula, pengelola situs-situs yang mengangkat tema tersebut melakukan teknik otimasi pada mesin pencari atau Search Engine Optimization (SEO). Biasanya dilakukan para blogger agar postingan terindeks di halaman depan Google.
    Kembali pada bahasan mimpi jadi model, saat ini ajang pencarian bakat seperti modelling, baik lokal maupun nasional sangatlah banyak. Menunjukkan bahwa menjadi model adalah sesuatu yang sangat menarik. Di Indonesia, menjadi model bak pembuka jalan untuk jadi terkenal lalu melakukan lintas profesi selebritas lainnya macam penyanyi, pemain film atau sinetron.
    Namun, di Indonesia profesi model masih membatasi pelakunya dengan kriteria khusus, yakni kecantikan fisik. Mau tahu rinciannya? Berwajah fotogenik, tubuh tinggi semampai, kalau punya tampang blasteran lebih baik lagi.
    Indonesia belum mengakomodasi bakat yang dimiliki orang-orang seperti Darell Ferhostan, seorang model Adrogyny (seorang model pria tulen didandani sebagai perempuan) Indonesia, yang malang melintang di dunia fashion internasional.
     Kalau model Adrogyny masih susah cari job di Indonesia, apalagi mereka yang tidak memiliki kecantikan fisik seperti yang disyaratkan. Jangankan mimpi jadi model majalah Playboy, mimpi jadi model pun tak ada di benak mereka.

Sumber foto: cartoonized.net



0 Belajar Memahami Rakyat

    NAMANYA Chauvet Cave atau Chauvet-Pont-d'Arc Cave. Merupakan sebuah gua yang terletak di Prancis bagian selatan. Kelebihan gua ini dibanding gua lain, bukan pada keindahan ukiran alam macam stalaktit atau stalagmit. Melainkan pada hasil goresan manusia.
    Pecinta alam mengharamkan kegiatan mengambil, menambah, mengubah, bahkan mengotori isi gua. Ada tiga motto yang selalu ditekankan bagi penggemar caving (penelusuran gua), yakni 'Take nothing but pictures, leave nothing but footprints, kill nothing but time'. Jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki dan jangan membunuh sesuatu kecuali waktu.
    Walaupun sama-sama bikinan manusia, namun goresan di Chauvet Cave jauh lebih tua dari motto bagi penelusur gua itu. Di gua tersebut motto pecinta alam tak berlaku, khususnya bagi goresan di dindingnya. Seandainya goresan itu baru saja dibuat manusia, tentu bakal dihapus oleh aktivis lingkungan dan pecinta alam.
    Goresan itu bukan goresan biasa. Tapi merupakan jejak rekam sejarah peradaban manusia. Di gua tersebut terdapat beberapa lukisan. Sejauh ini, lukisan itu diklaim sebagai lukisan tertua di dunia. Diperkirakan usianya lebih dari 32.000 tahun. Perkiraan para ahli, masa itu merupakan zaman es dan manusia sudah mengenal bentuk seni lukis walaupun tampak sederhana.
    Hewan pemamah biak yang juga jadi sumber makanan utama bagi manusia saat itu dilukiskan di dinding gua berwarna coklat kemerahan. Tak lupa di sebagian tubuhnya ditumbuhi rambut berwarna hitam. Ada pula kelompok hewan pemangsa seperti singa yang digambarkan hanya siluet dengan garis hitam lebih menonjol.     Uniknya, gambaran yang dilakukan manusia puluhan ribu tahun lalu itu cukup meyakinkan. Bisa dikenali dengan jelas karena ada permainan warna, menunjukkan sudah ada keahlian membuat zat pewarna pada masa yang tak terbayangkan oleh manusia modern itu.
    Kini, puluhan ribu tahun sesudah lukisan itu dibuat, seni lukis berkembang sangat pesat. Sedikitnya ada empat aliran dalam melukis, yakni surrealisme, kubisme, romantisme dan plural painting. Pada perkembangannya, aliran melukis makin banyak, bertambah dengan adanya ekspresionisme, dadaisme, fauvisme, neo- impresionisme, realisme, naturalisme, De Stijl dan abstrak.
    Walaupun kini memiliki bagitu banyak aliran, tapi ada satu kesamaan antar pelukis yakni sama-sama memiliki kebebasan dalam berekspresi. Bahkan, jika sang pelukis mau, apa yang ingin disampaikannya atau 'suara hatinya' bisa disamarkan melalui lukisan. Satu contoh adalah Lukis Monalisa karya Leonardo da Vinci.
    Memahami atau mengerti sebuah hasil karya lukis tak bisa hanya sepintas lalu. Sama seperti ketika memahami isi dari sebuah buku yang tidak cukup dibaca sekali, lukisan pun demikian. Perlu diperhatikan dengan seksama, dipahami garis demi garis goresan kuas sang pembuatnya.
    Analogi memahami lukisan dan buku juga bisa disamaartikan dengan memahami kehendak rakyat. Kalau cuma dilirik sekilas, didengarkan tapi sebentar, atau diajak ngobrol tapi hanya satu arah, niscaya tidak bakal mengerti kehendak rakyat. Alih-alih percaya, bisa saja rakyat memilih revolusi ketimbang reformasi yang berjalan stagnan.

Sumber foto: tumblr.com

Senin, 24 September 2012

2 Jangan Cuma Inggris

    EF English First, sebuah lembaga pendidikan terkemuka dunia tahun lalu mengumumkan laporan komprehensif pertama tentang indeks kemampuan berbahasa Inggris di 44 negara. Negara yang dimaksud adalah negara yang bukan dengan bahasa utama bukan bahasa Inggris.
Lantas, apa hasilnya? EF English Proficiency Index menempatkan Indonesia di peringkat 34 dari 44 negara.
    Meskipun hasil itu menunjukkan penggunaan bahasa Inggris di Indonesia masih belum begitu signifikan dibanding negara lain, namun faktanya, cukup banyak warga negara Indonesia yang mahir menggunakan bahasa internasional itu. Terutama kalangan terdidik, seperti pelajar mahasiswa maupun usahawan.
    Ya, walaupun tak secara resmi ditetapkan pemerintah, namun bahasa Inggris seperti sudah menjadi bahasa kedua setelah bahasa Indonesia, digunakan pada acara resmi. Misalnya jadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah bertaraf internasional atau rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Digunakan pada seminar- seminar bertaraf internasional, pertemuan antar pemerintah.
    Orangtua pun tak mau ketinggalan mendidik anak untuk mengela lebih dini bahasa Inggris. Sejak belia sudah dikenalkan tentang pelafalan. Semakin besar diajarkan kosa kata. Lebih besar lagi diajari grammer, anak diikutkan kursus bahasa Inggris. Bahkan ada yang kebablasan, bahasa Inggris dipakai dalam percakapan sehari- hari dalam keluarga, sejak si anak masih sangat muda. Sedikit banyak, berpengaruh bagi anak pada penguasaan bahasa Indonesia dan bahasa lokalnya.
      Bahasa Inggris digunakan pula di bidang bisnis. Di era globalisasi seperti sekarang, dunia usaha menuntut sesuatu yang lebih. Makin banyak perusahaan lokal Indonesia yang masuk ke pasar dunia, dan sebaliknya, makin banyak perusahaan internasional yang masuk ke pasar lokal. Maka penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa 'bisnis' menjadi suatu keharusan.
    Memang, tak selamanya penggunaan bahasa Inggris mulus-mulus saja. Tak sedikit yang menganggap bahasa ini merupakan obsesi dari dari era lain dan dunia lain. ini menurut pengguna dan pecinta bahasa Perancis. Bahkan, mereka sampai membuat petisi online dan memintap engguna bahasa Perancis untuk membebaskan diri dari pengaruh bahasa Inggris. Dan pembuat petisi bukan orang sembarangan. Mereka adalah akademisi dan cendekiawan berasal dari berbagai negara, seperti Prancis, Lebanon, Kanada, Belgia, Kamerun dan Aljazair.
    Penggunaan bahasa Inggris di sekolah-sekolah Tanah Air, bahkan ada sekolah yang menjadikannya bahasa pengantar tak sepenuhnya bisa dikatan benar. Internasionalisasi standar pendidikan Indonesia saat ini telah disalahartikan dengan mengganti bahasa Indonesia menjadi bahasa asing.
    Padahal, Undang Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan dengan tegas menyatakan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pada proses belajar mengajar.
    Terlepas dari persoalan itu, memang tak bisa dipungkiri, pengaruh bahasa Inggris sangat kuat. Bahkan lebih kuat dari pengaruh bahasa Indonesia kepada bahasa lain. Wajar saja, dari segi kuantitas pengguna, bahasa Indonesia berada di peringkat sembilan dari 10 sepuluh bahasa terbanyak dipakai di dunia. Bahasa Inggris menempati urutan kedua, masih kalah dibanding bahasa Mandarin yang menempati urutan pertama.
    Seharusnya, selain bahasa Inggris, bahasa Mandarin pun harus dikuasai, Kalau perlu diajarkan di sekolah. Apalagi di dunia bisnis, saat ini penggunaan bahasa Mandarin makin banyak. Mengacu pada pertumbuhan ekonomi Cina yang diperkirakan mencapai 6,3 persen pada 2013, mulai sekarang patut dipertimbangkan untuk belajar bahasa Mandarin. Ni Hao Ma.

Sumber foto: greatwall-of-china.com

0 Bakat Alami

    IT IS not about the gun but the man behind the gun (bukan senjata yang menentukan, tapi siapa yang mengoperasikan senjata itu). Kalimat bijak yang bersumber dari Negeri Barat ini mengacu pada kemampuan seseorang yang bisa berbuat lebih walaupun memiliki peralatan tak memadai. Artinya, bukan peralatan sebagai subjek pelaksana, melainkan orang yang menggunakan peralatan.
    Pada dunia fotografi, istilah ini juga sering dikaitkan untuk memosisikan keahlian seseorang dalam memotret objek. Keahlian fotografi bukan terletak pada kameranya, tapi pada skill atau sang fotografer.    Ketika kondisi cahaya pas, dan angle yang menarik, dijamin bakal sulit dibedakan antara hasil jepretan kamera seharga Rp 40 juta dengan potret hasil bidikan kamera harga Rp 4 jutaan.
    Memang, sulit dipungkiri, kamera harga mahal memiliki banyak kelebihan yang membantu pengguna untuk mendapat hasil foto maksimal. Padahal, semua kelebihan itu adalah fasilitas. Apakah jika tanpa fasilitas pendukung itu, sang fotografer bisa mendapat hasil maksimal? Jawabannya kembali pada kalimat bijak dari Barat tadi.
    Dan, kalimat bijak itu diterjemahkan oleh vendor-vendor raksasa dunia menjadi ponsel-ponsel berkamera yang kini di genggaman hampir tiap lapisan masyarakat. Dari ponsel harga Rp 200 ribuan sampai jutaan rupiah, hampir semua menyediakan fasilitas kamera dengan kualitasnya beragam pula.
    Kini, kemampuan memotret bukan lagi milik fotografer. Semua orang yang mempunya ponsel berkamera bisa menjadi fotografer, baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Sosial media juga memfasilitasi dengan menawarkan fitur uploading gambar, bahkan berkombinasi dengan aplikasi buatan pihak ketiga untuk hasil lebih baik atau unik. Satu contoh adalah Instagram, yang kini sudah dikuasai Facebook.
     Saking mudahnya mengoperasikan, maka seseorang yang tidak punya keahlian memotret pun hasil jepretannya terlihat menarik. Fakta itu menegaskan bahwa di balik foto yang keren, ada pemencet tombol shutter, ada yang mengarahkan. Tak tertutup kemungkinan jika hasil jepretan dari seorang fotografer menggunakan kamera ponsel kemudian diotak-atik dengan instagram, hasilnya bakal lebih baik dari hasil foto kamera canggih tapi sang tukang foto tak menguasai teknik memotret.
    Senjata dan kamera adalah alat atau sarana. Sang pemegang atau pengendalinya lah yang mengarahkan bidikannya. Sama seperti lidah, bisa membuat seorang berkuasa dengan kemampuan agitasinya.
    Seni atau teknik memaksimalkan fungsi lidah untuk berkomunikasi ini menempatkan tokoh-tokoh dunia berjaya di masanya. Di Eropa ada Adolf Hitler. Di Benua Amerika (Kuba) diwakili Fidel Castro. Sementara Asia (Indonesia) dikenal nama Presiden RI pertama Soekarno.
    Apakah lidah menjadi kekuatan krusial atau sekadar alat pengecap, semua tergantung kepada si pemilik lidah. Tapi, kalau melihat talkshow di televisi, orang Indonesia mulai pandai dalam agitasi, ahli bersilat lidah. Tapi, apakah barangkali memang bakat alami bangsa Indonesia pintar berkoar-koar?

Sumber foto: beritateknologi.com

Kamis, 20 September 2012

0 Mengukir Sejarah

    PADA abad ke-19, Austen Henry Layard, arkeolog amatir Inggris menemukan kepingan batu bertulis, berkisah tentang raja Uruk dari Babilonia, bagian dari epik Gilgamesh (cerita seorang pria yang mencari rahasia keabadian).
    Sejumlah ahli meyakini Gilgamesh hidup sekitar 2700 tahun Sebelum Masehi. Sementara di kepingan itu tercatat nama Shin-eqi- unninni sebagai penulisnya.
    Ada pula ditemukan 12 keping batu bertulis menggunakan bahasa Akkadia. Batu itu ditemukan di sisa reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal of Assyria yang berdiri antara 669-633 Sebelum Masehi). Pada batu itu juga tertulis nama Shin-eqi-unninni.
    Para ahli percaya Shin-eqi-unninni adalah penulis pertama yang tercatat dalam sejarah. Tapi ada pula yang berteori seorang perempuan bernama Enmenjadi penulis pertama lantaran karyanya ditemukan berbahsa Sumeria, bahasa yang lebih tua dari Akkadia.
    Baik Shin-eqi-unninni maupun Enmenjadi mungkin tak punya bayangan tulisannya bakal bertahan beribu tahun. Mungkin pula mereka tak mengira, ribuan tahun setelah masa hidupnya, siapa saja bisa menulis, dengan media yang beragam.
    Ya, penulis kini menjadi salah satu pilihan profesi yang cukup banyak diminati banyak orang dari berbagai kalangan. Sebab, profesi ini bisa dilakoni baik secara penuh atau kerja sampingan. Menjadi reporter atau wartawan adalah salah satu profesi penulis profesional. Sementara penulis blog, bisa dikategorikan profesi sampingan.
    Namun, saat ini penulis dengan media blog pun bisa jadi profesi utama yang menghasilkan uang. Tak sedikit yang punya penghasilan puluhan juta sebulan karena menekuni dunia blog.
    Keran kebebasan berekspresi dengan media blog mulai dikenal ketika pada 23 Agustus 1999, Blogger diluncurkan oleh Pyra Labs. Belakangan, namanya berubah menjadi blogspot setelah diakuisisi Google. Belakangan, muncul Facebook karya Mark Zuckerberg dan Twitter olahan Evan Williams (salah satu pembuat Blogger) yang memangkas cara kerja blog menjadi lebih singkat.
    Jadi, apa pun medianya, batu, kertas, blog, Facebook atau Twitter, semuanya menuntut satu hal, yakni tanggung jawab. Penulis profesional atau hanya kerja sampingan, sama-sama harus mempertanggungjawabkan karyanya. Sebab sebuah tulisan bisa mengukir sejarah.
    Kebebasan berekspresi adalah keuntungan, tapi tanggung jawab adalah keniscayaan. Ada pepatah mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Bagaimana dengan penulis? Dia akan meninggalkan karyanya yang abadi. *

Ket: Sumber foto: bloganavazquez.com

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates