BISNIS itu kejam. Entah dari mana mulanya persepsi mengenai bisnis yang kejam ini. Mungkin, dikaitkan dengan upaya, usaha menggapai sukses dalam berusaha, tapi dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Bahkan, tak jarang menjatuhkan orang lain demi kepentingan sendiri.
Sebenarnya kalau dilihat lebih jauh, bukan bisnis yang mampu berbuat kejam seperti itu, melainkan pelakunya. Manusianya. Bisnis hanya alat atau sarana. Jadi, walaupun bukan di bidang bisnis sekalipun, bakal muncul tokoh antagonis yang rela melakukan apapun demi tergapainya tujuan.
Kalau bicara soal kejam, dunia politik sebenarnya lebih kejam dari dunia bisnis. Seorang kawan bisa berubah jadi lawan dalam hitungan detik. Politik juga bisa membuat sesuatu yang baik terlihat jelek atau sebaliknya, sesuatu yang buruk tampak baik.
Tapi, sama seperti dunia bisnis. Politik pun hanya sarana, cuma alat. Pelakunya, yakni si manusiannya lah yang mampu berbuat jahat nan kejam. Akibatnya banyaknya pelaku yang memanfaatkan sarana politik untuk kepentingannya, maka tampak kejamlah dunia politik.
Akan lebih berbahaya ketika pelaku dunia politik berkolaborasi dengan pelaku bisnis untuk memenangkan kelompok tertentu. Bayangkan, satu pelaku saja, misal pelaku bisnis yang mengggunakan segala cara untuk mencapai sukses (termasuk cara-cara menyimpang), dampaknya sudah sangat negatif. Apalagi jika bekerja sama dengan pelaku dunia politik yang memiliki tujuan sama, dampak negatifnya bukan hanya pada satu dua orang. Bisa berdampak regional bahkan nasional, bahkan dunia.
Aktivitas bisnis adalah keniscayaan. Sementara politik berada di ranah abu-abu. Namun, pengaruh bisnis pada sendi-sendi kehidupan sangat besar bagi kehidupan ekonomi, sosial dan politik sejarah peradaban umat manusia.
Kekuatan ekonomi bisa mempengaruhi stabilitas politik suatu negara. Lihat krisis ekonomi yang dialami negara-negara Eropa yang berpengaruh pula pada kondisi politik di sana. Tak jarang, kejatuhan atau kebangkitan rezim penguasa suatu negara juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kondisi usaha, kondisi bisnis suatu negara.
Namun, kembali pada pelaku tadi. Pelaku lah yang memegang peran penting apapun dunia yang dijalaninya. Maka, kalau di bidang bisnis jadilah pelaku bisnis yang baik. Di dunia politik jadilah potikus yang baik. Tapi hal seperti itu memang masih dalam impian, dalam tataran ideal. Toh, baik atau buruk adalah bagian dari kehidupan. Sudah digariskan Sang Pencipta. Tapi, tetap pelaku masih bisa memilih, jadi baik atau jadi kejam. (*)
Foto: berbisnis-tiket-pesawat.com
Sebenarnya kalau dilihat lebih jauh, bukan bisnis yang mampu berbuat kejam seperti itu, melainkan pelakunya. Manusianya. Bisnis hanya alat atau sarana. Jadi, walaupun bukan di bidang bisnis sekalipun, bakal muncul tokoh antagonis yang rela melakukan apapun demi tergapainya tujuan.
Kalau bicara soal kejam, dunia politik sebenarnya lebih kejam dari dunia bisnis. Seorang kawan bisa berubah jadi lawan dalam hitungan detik. Politik juga bisa membuat sesuatu yang baik terlihat jelek atau sebaliknya, sesuatu yang buruk tampak baik.
Tapi, sama seperti dunia bisnis. Politik pun hanya sarana, cuma alat. Pelakunya, yakni si manusiannya lah yang mampu berbuat jahat nan kejam. Akibatnya banyaknya pelaku yang memanfaatkan sarana politik untuk kepentingannya, maka tampak kejamlah dunia politik.
Akan lebih berbahaya ketika pelaku dunia politik berkolaborasi dengan pelaku bisnis untuk memenangkan kelompok tertentu. Bayangkan, satu pelaku saja, misal pelaku bisnis yang mengggunakan segala cara untuk mencapai sukses (termasuk cara-cara menyimpang), dampaknya sudah sangat negatif. Apalagi jika bekerja sama dengan pelaku dunia politik yang memiliki tujuan sama, dampak negatifnya bukan hanya pada satu dua orang. Bisa berdampak regional bahkan nasional, bahkan dunia.
Aktivitas bisnis adalah keniscayaan. Sementara politik berada di ranah abu-abu. Namun, pengaruh bisnis pada sendi-sendi kehidupan sangat besar bagi kehidupan ekonomi, sosial dan politik sejarah peradaban umat manusia.
Kekuatan ekonomi bisa mempengaruhi stabilitas politik suatu negara. Lihat krisis ekonomi yang dialami negara-negara Eropa yang berpengaruh pula pada kondisi politik di sana. Tak jarang, kejatuhan atau kebangkitan rezim penguasa suatu negara juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kondisi usaha, kondisi bisnis suatu negara.
Namun, kembali pada pelaku tadi. Pelaku lah yang memegang peran penting apapun dunia yang dijalaninya. Maka, kalau di bidang bisnis jadilah pelaku bisnis yang baik. Di dunia politik jadilah potikus yang baik. Tapi hal seperti itu memang masih dalam impian, dalam tataran ideal. Toh, baik atau buruk adalah bagian dari kehidupan. Sudah digariskan Sang Pencipta. Tapi, tetap pelaku masih bisa memilih, jadi baik atau jadi kejam. (*)
Foto: berbisnis-tiket-pesawat.com
0 komentar:
Posting Komentar