PADA 2005, Android Inc masih berupa perusahan kecil besutan Andy Rubin dan rekannya, Rich Miner, Nick Sears dan Chris White, berbasis di Palo Alto, California, Amerika Serikat. Namun, tahun itu jadi tonggak sejarah perkembangan Android ketika dibeli raksasa search engine, Google.
Andy (Andrew) Rubin yang ikut bergabung di Google akhirnya menelorkan sistem operasi bebrasih Linux untuk ponsel dan perangkat mobile lainnya. Bisadibilang, Andy Rubin adalah bapak (pelopor) penggunaan sistem operasi Android di ponsel dan perangkat bergerak lainnya.
Kini, Android menjadi salah satu sistem operasi yang mendominasi pasar bersama iOS (Apple) dan BlackBerry (RIM). Lalu, berturut-turut muncul sistem operasi Android Cupcake 1.5, Android Donut 1.6, Android Eclair 2.0.x/2.1.x, Android Froyo 2.2.x, Android Gingerbread 2.3, Android Gingerbread 2.3.3, Android Honeycomb 3.0 dan Android Ice Cream Sandwich 4.0.
Melihat jejak rekam Andy Rubin, sukses yang diraihnya melalui produk Android seperti sekarang bukan semudah membalik telapak tangan. Ada proses yang harus dilalui. Ada tahapan pada tiap level pekerjaannya yang membentuk Andy Rubin menjadi seperti sekarang.
Apa yang diusung Android adalah spirit keterbukaan (open source). Ketika mayoritas vendor 'pelit' membagi sistem operasinya untuk bisa diutak-atik oleh pelanggannya sendiri, Android besutan Rubin dan kawan-kawan menabrak pakem itu. Andorid memungkinkan tiap pemilik punya hak mengembangkan sendiri gadgetnya. Hal ini sedikit demi sedikit ditiru vendor lain. "Kami tidak sedang membuat sebuah ponsel Google, Kami memungkinkan ribuan orang untuk membuat ponsel Google!" ucap Rubin suatu ketika.
Tapi, sukses yang diraih Google bersama Android memang bukan semata gara-gara Rubin. Kesuksesan ini adalah gabungan dari visi jenius seorang Andy Rubin, ditempa melalui proses panjang, ditambah kejelian pimpinan Google untuk mengembangkan bisnis mobile.
Tak terbayangkan jika, David Lawee yang menjabat Vice President of Corporate Development Google tidak mempercayai kemampuan Andy Rubin. Lawee memang sempat ragu karena dua tahun setelah akuisisi, Rubin belum menghasilkan sesuatu yang sepadan dengan apa yang sudah dikeluarkan Google. Namun, seperti fakta saat ini, Android menguasai pasar ponsel dan gadget lainnya. Apalagi Android adalah sistem yang mudah dioperasikan, fleksibel dan mudah diupgrade.
Indonesia sebenarnya punya orang-orang macam Andy Rubin, orang pintar yang punya visi jauh ke depan. Sayang, tenaga mereka tak bisa maksimal dikeluarkan di Tanah Air (malah dihargai di luar negeri) karena pemimpin negeri ini, kurang jeli membaca potensinya. (*)
Foto: androidpolice.com
Andy (Andrew) Rubin yang ikut bergabung di Google akhirnya menelorkan sistem operasi bebrasih Linux untuk ponsel dan perangkat mobile lainnya. Bisadibilang, Andy Rubin adalah bapak (pelopor) penggunaan sistem operasi Android di ponsel dan perangkat bergerak lainnya.
Kini, Android menjadi salah satu sistem operasi yang mendominasi pasar bersama iOS (Apple) dan BlackBerry (RIM). Lalu, berturut-turut muncul sistem operasi Android Cupcake 1.5, Android Donut 1.6, Android Eclair 2.0.x/2.1.x, Android Froyo 2.2.x, Android Gingerbread 2.3, Android Gingerbread 2.3.3, Android Honeycomb 3.0 dan Android Ice Cream Sandwich 4.0.
Melihat jejak rekam Andy Rubin, sukses yang diraihnya melalui produk Android seperti sekarang bukan semudah membalik telapak tangan. Ada proses yang harus dilalui. Ada tahapan pada tiap level pekerjaannya yang membentuk Andy Rubin menjadi seperti sekarang.
Apa yang diusung Android adalah spirit keterbukaan (open source). Ketika mayoritas vendor 'pelit' membagi sistem operasinya untuk bisa diutak-atik oleh pelanggannya sendiri, Android besutan Rubin dan kawan-kawan menabrak pakem itu. Andorid memungkinkan tiap pemilik punya hak mengembangkan sendiri gadgetnya. Hal ini sedikit demi sedikit ditiru vendor lain. "Kami tidak sedang membuat sebuah ponsel Google, Kami memungkinkan ribuan orang untuk membuat ponsel Google!" ucap Rubin suatu ketika.
Tapi, sukses yang diraih Google bersama Android memang bukan semata gara-gara Rubin. Kesuksesan ini adalah gabungan dari visi jenius seorang Andy Rubin, ditempa melalui proses panjang, ditambah kejelian pimpinan Google untuk mengembangkan bisnis mobile.
Tak terbayangkan jika, David Lawee yang menjabat Vice President of Corporate Development Google tidak mempercayai kemampuan Andy Rubin. Lawee memang sempat ragu karena dua tahun setelah akuisisi, Rubin belum menghasilkan sesuatu yang sepadan dengan apa yang sudah dikeluarkan Google. Namun, seperti fakta saat ini, Android menguasai pasar ponsel dan gadget lainnya. Apalagi Android adalah sistem yang mudah dioperasikan, fleksibel dan mudah diupgrade.
Indonesia sebenarnya punya orang-orang macam Andy Rubin, orang pintar yang punya visi jauh ke depan. Sayang, tenaga mereka tak bisa maksimal dikeluarkan di Tanah Air (malah dihargai di luar negeri) karena pemimpin negeri ini, kurang jeli membaca potensinya. (*)
Foto: androidpolice.com
0 komentar:
Posting Komentar