RASANYA lebih dari lima kali saya menonton film Men In Black (MIB). Pertama sekitar akhir 1997 atau 1998 awal. Nebeng nonton di rumah teman menggunakan perangkat yang popular saat itu, yakni laser disc.
Masa itu film-film produksi Hollywood tak bisa ditonton di bioskop. Maklum, pasca kerusuhan 23 Mei 1997 di Banjarmasin, bioskop jaringan Cinema 21 turut musnah. Jadi, kalau mau menonton, medianya laser disc atau VHS (Video Home System).
Mungkin tidak hanya saya menonton film yang meraih pendapatan 587 juta Dolar ini, lebih dari sekali. Mudah-mudahan pesan dari film ini bisa pula ditangkap.
Pertama kali nonton film science fiction produksi 1997 ini, yang bisa saya tangkap mungkin sama seperti penikmat film lain. Semua penikmat film pasti tahu, jika film bertema seperti ini
diproduksi Hollywood, dijamin special effect-nya luar biasa.
Baru-baru ini saja ketika film ini diputar bergantian di stasiun TV tanah air, ada satu adegan yang menggelitik tertangkap indera penglihatan saya.
Ada adegan ketika Agen J diperankan aktor kondang Will Smith memerotes aksi Agen K (Tommy Lee Jones) yang menghilangkan ingatan Dr Laurel Weaver (Linda Fiorentino), saksi mata yang mengetahui keberadaan makhluk luar angkasa menggunakan alat khusus berbentuk pulpen.
Setting film ini memang berlatar manusia hidup berdampingan dengan makhluk luar angkasa di bumi, meskipun manusia sendiri tak menyadarinya.
Dialog agen J dan K pada adegan ini sangat menarik. Agen J bertanya kenapa tiap saksi mata harus dihilangkang ingatannya. Padahal, mereka membantu penyelidikan agen MIB untuk mengetahui keberadaan Aliens Bug (makhluk luar angkasa yang jahat).
Lantas apa jawaban Agen K? kurang lebih seperti ini,"Seorang manusia mungkin pintar, tapi seratus, seribu atau lebih adalah bodoh. Seribu tahun lalu manusia percaya bumi bulat. Lima ratus tahun lalu manusia percaya bumi adalah datar. Bukankah itu sebuah kebodohan?"
Apa yang dikatakan Agen K itu memang benar. Pada 330 Sebelum Masehi, ilmuan Yunani Aristoteles sudah berteori bumi adalah bulat. Ribuan tahun teori tentang bumi berkembang. Pada abad pertengahan, penguasa di Eropa lebih percaya bumi adalaah datar. Ilmuan Italia, Galileo Galilei (1564-1642) terpaksa menerima hukuman dari penguasa karena meyakini bumi adalah bulat.
Manusia dalam jumlah banyak adalah kumpulan pemikiran yang berbeda. Sangat susah untuk menyamakan persepsi massa jadi satu visi yang seragam. Massa juga sangat mudah terpengaruh, terlecut oleh isu lalu tiba-tiba bisa bertindak anarkis. Apa yang dibilang filsuf Inggris Thomas Hobes (1588-1679) bahwa manusia adalah serigala bagi sesamanya (Homo Homini Lupus) terjadi di negeri ini.
Banjarmasin pernah merasakannya ketika kota ini hancur oleh kerusuhan 23 Mei 1997 saat masa kampanye. Untuk kembali bangkit sangatlah sulit. Hari itu adalah kelam tapi bisa jadi pelajaran berharga bahwa anarkis adalah menyakitkan.
Rabu, 20 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
ngeri banar...
kam pasti masih kanak2 hehehehe...
malasah galelio liat difilm Angel & Demond.. hehe secara malsah galelio disitu dibahas n kenpa dia sampai dihukum mati.
tanggal 23 mei salah satu masa kelam bangsa kita, tapi hendaknya dari situ kita sekarang harus belajar untuk menerima suatu perbdaan. bangsa kita yang majemuk merupakan suatu kekuatan dan jg suatu kelemahan. berbeda itu biasa, jangan marah krn berbeda, karena tdk ada yg jelek dengan perbedaan. hanya karena berbeda shg kita harus berbuat anarkis?? (where is your mind?)
hendaknya saat ini kita renungkan peristwa tersebut. n mengambil hikmah...
heeh aku nonton jua film itu. Illuminati jarr. Tp film namanya, tak bisa menggambarkan realtia sebujurnya
Posting Komentar