BERBICARA lebih mudah daripada bertindak. Semua orang mungkin mengerti hal ini. Akan lebih baik jika bicara dibarengi tindakan. Hasilnya insya allah bakal lebih baik.
Ketika bicara sudah sampai tahap 'berbusa-busa' tapi tidak mengerjakan apa yang telah diomongkan tadi, rasanya jadi mubazir. Mulut dan tenggorokan sampai kering tapi perubahan yang diharapkan tidak ada. Sungguh sia-sia.
Tapi, mudah-mudahan apa yang saya bicarakan lewat tulisan ini tidak sia-sia. Toh, tujuannya baik, demi kepentingan bersama. Bukan untuk kesenangan pribadi, walaupun sedikitnya ada pula terkait diri pribadi saya sebagai anggota kemasyarakat.
Beberapa hari lalu, rubrik Gen Y yang memuat komentar dari account facebook pembaca Metro Banjar mengangkat tema kondisi persimpangan Jalan Veteran dengan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Pangeran Hidayatullah. Banyak komentar yang mengeluhkan kondisi jalan di kawasan ini.
Sebagian teman mungkin sudah tahu kondisi lalu lintas kendaraan di kawasan ini. Satu kata paling cocok menggambarkannya adalah semrawut. Di sana ada traffict light dengan waktu jeda antara warna merah dan hijau cukup lama. Dishub dan kepolisian mungkin punya alasan sendiri tentang pengaturannya.
Tapi yang jadi masalah bukan traffict light (mudah-mudahan). Suatu ketika, saat berangkat menuju tempat kerja, saya berbarengan dengan seorang pria tua berhenti saat lampu merah menyala.
Sang bapak sangat tidak sabaran. Sebentar-sebentar matanya melihat ke arah traffict light. Sejurus kemudian matanya memandang arlojinya. Sementara mulutnya tiada henti mengeluarkan umpatan betapa lamanya lampu tidak berubah jadi hijau.
Akhirnya bapak sepuh itu habis kesabaran. Belum lagi lampu lalu lintas berwarna hijau, motornya dipacu menerabas persimpangan jalan yang padat kendaraan itu. Bagai dikomando, sebagianpengendara mengikuti aksi bapak itu. Saat itu saya masih bisa menaha diri tidak ikut-ikutan menerabas.
Pada kesempatan lain, di tengah terik sinar matahari, kesabaran saya habis. Bagaimana tidak, saya tidak mungkin menunggu lampu berubah jadi hijau wong lampunya padam. Saya juga tidak mungkin menerabas karena di persimpangan jalan itu macet total. Tidak bisa bergerak maju. Ada dua tindakan yang bisa dilakukan, balik kanan atau belok kiri. Saya memilih belok kiri ke Jalan Gatot Subroto.
Saat kondisi genting macam itu, saya tidak melihat aparat kepolisian. Mungkin mereka sedang mendapat tugas penting di jalan lain. Sepanjang Jalan Gatot Subroto saya lihat barisan mobil lumayan panjang. Saya bisa membayangkan, kejadian ini pasti berawal
dari seorang pengendara menerabas lalu macetlah jalan.
Kembali ke rubrik Gen Y Metro Banjar tadi, ada seorang memberi komentar cukup menarik. Orang itu bilang mungkin riding attitude urang Banjar yang kelewat hebat. Ada lagi yang bilang karena kita terbiasa menggunakan trasportasi sungai. Apa benar seperti itu? Saya yakin tidak. (*)
Selasa, 10 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Ada hubungannya gitu ya?
Iya ga ada hubungannya...
Posting Komentar