Jumat, 01 Februari 2013

0 Belajar Jadi Objek

    IKAN bukan sebagai subjek, melainkan hanya sebagai pelengkap. Adapun subjeknya adalah tanaman air itu. Demikianlah prinsipnya seni aquascape. Merupakan salah satu jenis aliran dalam aquaris.   Penonjolan tanaman ini membedakan aquascape dengan dengan akuarium biasa yang mengutamakan ikan. Makin cantik tata letak tanaman air, maka makin indah dan tinggi nilai aquascape. Penataan yang benar dengan sendirinya membuat ikan bisa hidup dan berkembang.
    Konsep aquascape ini mirip dengan kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendiri. Selain berinteraksi dengan sesamanya, juga memilik realsi dengan makhluk lain, termasuk dengan alam.
    Tapi, sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi, manusia cenderung mementingkan diri sendiri. Memosisikan diri sebagai subjek, sebagai pihak yang menjadi episentrum semua aktivitas di muka bumi. Sementara makhluk lain adalah objek, bahkan lebih sering jadi objek penderita.  Maka, hampir segala aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya, menjaga stabilitas kewenangannya, berdampak negatif bagi makhluk lain.
    Ketika manusia memerlukan kayu, maka ditebanglah hutan. Sementara upaya menghutankan kembali kalah cepat dibanding gergaji-gergaji berantai yang membabat batang demi batang pohon. Apa pun pola pengelolaan hutannya, jika masih menempatkan manusia sebagai subjek, hasilnya sama dengan hutan habis!
    Saat hutan-hutan diubah menjadi kebun kelapa sawit, para penghuni hutan yang terbiasa dengan rerimbunan pohon  terpaksa beralih menyeruak di antara kebun sawit yang dulunya juga hutan. Babi hutan yang dulunya mencari makan di wilayah hutan terpaksa mengais-ngais di antara akar sawit atau ladang  bikinan manusia.
    Orangutan yang dulunya bergantungan di antara pohon-pohon tinggi, terpaksa berloncatan di pohon-pohon sawit yang rendah. Dan sekali lagi, karena manusia sebagai subjek, maka babi hutan, orangutan dan makhluk-makhluk lain hanya pelengkap. Maka diburu lah sang babi dan dibantai si orangutan atau dibakar hidup-hidup karena dianggap hama.
    Manakala hutan telah habis diganti tambang-tambang batu bara, maka siapa pun tak mampu melawan buldozer atau eksavator yang membuat lubang menganga, mengurangi unzur hara tanah hingga sulit untuk ditanami kembali.
    Seandainya manusia memosisikan diri sebagai objek, apalagi jika mau sebagai objek penderita, tentu bakal merasakan sakitnya diburu, perihnya dibakar hidup-hidup atau sulitnya mencari makan. Manusia merupakan satu-satunya makhluk di dunia yang berhak menyandang predikat khalifah, pemimpin, perwakilan dari Sang Pencipta. Maka jadilah pemimpin yang adil. Sekali-kali rasakan dan belajar jadi objek penderita, jangan selalu jadi subjek. (*)








    

0 komentar:

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates