Senin, 15 April 2013

0 Mencontoh Cina

      SELALU ada yang baru jika terkait teknologi. Ketika sebuah produk diluncurkan, dipasarkan, variannya sudah mulai dirancang. Bahkan ada yang sudah disiapkan untuk diluncurkan pada kuartal atau tahun berikutnya.
    Belum lagi ketika vendor pesaing meluncurkan produk dengan teknologi selangkah lebih maju, maka dijamin, masyarakat pengguna jadi pusing memilihnya. Kebetulan lagi, pas kantong lagi kering. Jadi, hanya bisa memandangi atau membaca reviewnya.
    Ya, teknologi erat kaitannya dengan dunia bisnis. Perputaran uang di bisnis teknologi sangat besar. Makin hebat teknologi yang digunakan, makin mahal suatu produk.
    Sulit dicari suatu produk murah menggunakan teknologi yang canggih. Satu contoh adalah telepon genggam. Produk Cina dikenal berharga murah dengan fitur cukup banyak. Tapi, jika ditilik dari sisi kualitas, tak bisa disamakan dengan produk dari vendir raksasa seperti Apple, Nokia atau Samsung.
    Membicarakan produk teknologi tak cukup waktu sesaat. Suatu produk jika dikulik atau dibedah, kemudian di bahas satu persatu, membutuhkan waktu khusus. Apalagi jika yang membahasa orang Indonesia.
    Bukan maksud ingin mengecilkan kehebatan bangsa, tapi kalau boleh jujur, kalau urusan bahas membahas, diskusi sana sini atau komentar mengomentari dengan kritikan 'superpedas' dan menyakitkan Indonesia nomor satu.
    Mau bukti? Coba buka portal-portal berita macam kompas.com, detik.com, atau yahoo.com dan situs-situs lainnya. Tiap berita yang diunggah, hampir selalu ada yang berkomentar. Bahkan, pada berita yang memiliki daya tarik tinggi seperti berita peristiwa, selebritas atau politik, jumlah komentatornya bejibun.
    Tak heran, boleh di bilang Indonesia juara di bidang komentar ini. Di satu sisi, situs yang mendapat komentar mendapat untung karena hits pengunjung bertambah. Namun, di sisi lain, isi komentar kadang di luar batas kesopanan, dan norma. Bahkan, cenderung ke arah SARA.
    Di bidang teknologi ini, apakah kita, bangsa Indonesia, hanya ingin mengambil peran sebagai komentator? Tak inginkah menjadi pemilik, pelaku, pembuat teknologi sehingga punya kuasa? Ada banyak contoh negara penguasa teknologi. Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat adalah sedikit contoh bangsa yang menguasai teknologi.      Cina mungkin juga masuk dalam kelompok bangsa itu. Mulai mainan sampai ponsel dijual di Indonesia. Dan, kita, bangsa Indonesia dengan 'rela' membelinya karena harganya murah. Andaikan kita bisa seperti Cina.
    Tapi, Cina kan bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi, bahkan sejak ribuan tahun lalu, kebudayaan Indonesia tidak seujung kukunya. Jika ada yang berpikir macam itu, namanya kalah sebelum bertanding. Belum berbuat sudah pasrah duluan.
    Kalau belum bisa menyamai, ya.. belajar dulu. Dari belajar baru bisa menyamai, mencontoh lalu melampaui. Ingat, pribahasa dulu, Belajar lah sampai ke Negeri Cina. *

 


























0 komentar:

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates