PEMANDU sorak (cheerleaders) identik dengan kaum hawa, usia masih muda, penampilan menarik (kalau di Barat cenderung seksi). Ya, sekarang pemandu sorak hampir 97 persen perempuan (menurut situs id.wikipedia.org).
Tak banyak yang tahu, pemandu sorak awalnya dari kegiatan yang seluruhnya digeluti kaum adam. Perempuan mulai berpartisipasi di 1920-an. Mulai 1940-an, pemandu sorak menjadi kegiatan yang hampir seluruhnya didominasi perempuan.
Atraksi pemandu sorak berasal dari Amerika Serikat. Awal aktivitas ini dimulai sekitar 1880-an di Universitas Princeton. Belakangan, tim pemandu sorak menghibur di jeda American Football dan basket. Namun, mereka juga sering diundang untuk beraksi pada pawai atau karnaval, dan kadang-kadang saat tim sepak bola, hoki es, bola voli, American football dan bisbol bertanding.
Menjadi pemadu sorak di american football atau basket NBA bukan perkara gampang. Mereka harus mengikuti seleksi yang keta agar bisa jadi pemandu sorak klub. Tak sedikit mahasiswi pascasarjana yang menjadi pemandu sorak klub basket atau american football.
Dari Negeri Paman Sam, aktivitas ini juga merambah Indonesia. Hampir tiap sekolah ada tim pemandu soraknya. Pada waktu-waktu tertentu, juga ada kompetisi antarpemandu sorak. Mungkin sebagian orang tidak begitu meperhatikan aktivitas pemadu sorak. Bahkan, mungkin pula ada yang menganggap aktivitas cheerleaders tak penting. Toh hanya berteriak-teriak sambil melakukan gerakan koregorafi tertentu. Tapi ada juga yang memperhatikan pemandu sorak karena sang penampilnya berparas ayu ditambah pakaian ketat yang cenderung minim.
Sebenarnya pemandu sorak tidak bisa dibilang aktivitas remeh temeh. Toh di negara asalnya cukup banyak mahasiswi pasca sarjana tertarik menggelutinya. Apalagi profesi cheerleaders sebuah klub layaknya selebritas.
Atraksi pemadu sorak bukan hal yang gampang dilakukan. Risiko cedera juga cukup besar lantaran gerakan yang dilakukan bukan gerakan motorik pada umumnya. Paling mudah adalah mencerna filosofi dari aktivitas pemandu sorak. Mereka selalu tersenyum, meskipun saat salah melakukan gerakan. Walau dalam kondisi sakit akibat terjatuh. Artinya, walaupun dalm kondisi kesusahan, tak berarti harus meratapi.
Kemudian, ketika formasi sambung menyambung dari bahu ke bahu membentuk piramida, ini menunjukkan kebersamaan dan satu visi. Jika keduanya digabungkan maka akan melahirkan kekuatan.
Seandainya sebagai bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam suku serta adat istiadat, belajar filosofi dari atraksi pemandu sorak. Indonesia akan menjadi negara super power, seperti negeri asal pemandu sorak. Bisa dipastikan, itu bukan mimpi di siang bolong. (*)
Tak banyak yang tahu, pemandu sorak awalnya dari kegiatan yang seluruhnya digeluti kaum adam. Perempuan mulai berpartisipasi di 1920-an. Mulai 1940-an, pemandu sorak menjadi kegiatan yang hampir seluruhnya didominasi perempuan.
Atraksi pemandu sorak berasal dari Amerika Serikat. Awal aktivitas ini dimulai sekitar 1880-an di Universitas Princeton. Belakangan, tim pemandu sorak menghibur di jeda American Football dan basket. Namun, mereka juga sering diundang untuk beraksi pada pawai atau karnaval, dan kadang-kadang saat tim sepak bola, hoki es, bola voli, American football dan bisbol bertanding.
Menjadi pemadu sorak di american football atau basket NBA bukan perkara gampang. Mereka harus mengikuti seleksi yang keta agar bisa jadi pemandu sorak klub. Tak sedikit mahasiswi pascasarjana yang menjadi pemandu sorak klub basket atau american football.
Dari Negeri Paman Sam, aktivitas ini juga merambah Indonesia. Hampir tiap sekolah ada tim pemandu soraknya. Pada waktu-waktu tertentu, juga ada kompetisi antarpemandu sorak. Mungkin sebagian orang tidak begitu meperhatikan aktivitas pemadu sorak. Bahkan, mungkin pula ada yang menganggap aktivitas cheerleaders tak penting. Toh hanya berteriak-teriak sambil melakukan gerakan koregorafi tertentu. Tapi ada juga yang memperhatikan pemandu sorak karena sang penampilnya berparas ayu ditambah pakaian ketat yang cenderung minim.
Sebenarnya pemandu sorak tidak bisa dibilang aktivitas remeh temeh. Toh di negara asalnya cukup banyak mahasiswi pasca sarjana tertarik menggelutinya. Apalagi profesi cheerleaders sebuah klub layaknya selebritas.
Atraksi pemadu sorak bukan hal yang gampang dilakukan. Risiko cedera juga cukup besar lantaran gerakan yang dilakukan bukan gerakan motorik pada umumnya. Paling mudah adalah mencerna filosofi dari aktivitas pemandu sorak. Mereka selalu tersenyum, meskipun saat salah melakukan gerakan. Walau dalam kondisi sakit akibat terjatuh. Artinya, walaupun dalm kondisi kesusahan, tak berarti harus meratapi.
Kemudian, ketika formasi sambung menyambung dari bahu ke bahu membentuk piramida, ini menunjukkan kebersamaan dan satu visi. Jika keduanya digabungkan maka akan melahirkan kekuatan.
Seandainya sebagai bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam suku serta adat istiadat, belajar filosofi dari atraksi pemandu sorak. Indonesia akan menjadi negara super power, seperti negeri asal pemandu sorak. Bisa dipastikan, itu bukan mimpi di siang bolong. (*)
0 komentar:
Posting Komentar