Kamis, 11 April 2013

0 Nomor Buncit

       NAMANYA Gundam Fixed Platinum. Beratnya 1.400 gram dan tingginya cuma 13 sentimeter. Tapi, jangan kira mainan robot- robotan ini bisa diperoleh dengan harga murah. Harganya sekitar 41.000 Dolar AS atau sekitar Rp 369 juta! Kabarnya ini gundam termahal di dunia.
    Gundam atau dalam bahasa Jepang disebut Gandamu semula adalah serial animasi Jepang. Pertama muncul di TV Negeri Matahari Terbit sekitar April 1979, judulnya Mobile Suit Gundam. Gundam merupakan mesin perang dalam bentuk robot raksasa yang dikemudikan oleh seorang pilot.
    Belakangan, gundam berkembang luas menjadi model kit robot. Ada komunitasnya juga yang menyukai robot rakitan ini. Menurut penyukanya, menekuni hobi mengoleksi gundam sekaligus melatih otak untuk teliti dan sabar.
    Kalau bicara tentang robot, Jepang memang jagonya. Boleh jadi negeri barat sebagai pencetus awal atau perintis teknologi robot. Tapi, Jepang lah negeri yang mengembangkan teknologi robot hingga demikian pesat seperti sekarang. Bahkan, dianggap sebagai kiblat teknologi robotic.
    Lantas, di mana posisi Indonesia dalam perkembangan teknologi robot? Sampai saat ini belum ada data kapan dan dimana robot maupun teknologinya masuk ke Tanah Air. Namun, kemauan individu-individu negeri ini untuk meminati, mengembangkan teknologi robot patut diacungi jempol. Meskipun tanpa dukungan langsung pemerintah.
    Pemerintah pada awal 1980-an meenrapkan kebijakan nasional, memberi kesempatan pada peminat robot-robot untuk mengembangkannya. Maka, dikembangkan Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomatis (MEPPO) diprakarsai BPPT bekerjasama dengan ITB, Industri strategis, serta Laboratorium Elektronika Terapan (LET) di LIPI.
Sayang, tak ada kabar perkembangannya.
    Sebagai negara yang berkembang dan mempunyai target menjadi negara maju pada suatu saat nanti, maka teknologi tak bisa dipinggirkan, termasuk teknologi robot. Semakin maju suatu negara, maka penggunaan teknologi robot juga makin banyak.
    Contoh kecil penggunaan robot penjinak bom atau pendeteksi bom. Masih ingat drama penangkapan teroris yang menjadi otak intelektual di balik pengemboman Hotel The Ritz-Calrton dan JW Marriott Jakarta 2009 lalu? Robot ini memuluskan langkah Densus 88 membekuk pelaku teroris yang bersembunyi di tengah ladang jagung.
    Robot itu mirip dengan prototype robot bikinan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Institut Teknologi Surabaya (ITS). Namun, robot yang dipakai Densus 88 bukan buatan PENS, melainkan barang impor, biasa didatangkan dari Inggris atau Norwegia.
    Sebenarnya individu-individu Indonesia punya skill dan mampu mengembangkan teknologi. Namun, kepercayaan yang belum bisa didapat dari pemerintah untuk menggunakannya. Regulasi tidak dibuatkan. Memang, sulit untuk meraih kepercayaan. Tapi, sebaliknya, ketika sama-sama menguntungkan, kepercayaan menjadi nomor buncit. (*)












0 komentar:

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates