Senin, 31 Desember 2012

0 Menjadi Autis Teknologi

    KOMUNIKASI merupakan proses seseorang atau beberapa orang, satu kelompok, bisa pula organisasi, termasuk di dalamnya masyarakat yang menciptakan serta menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
    Paling umum komunikasi dilakukan secara verbal atau lisan. Namun, ada kalanya konikasi verbal tak bisa membuat dua pihak mengerti. Mungkin pula ingin agar informasi yang mau disampaikan tidak diketahui orang lain. Maka, digunakanlah komunikasi nonverbal.
    Maka, bahasa isyarat dengan memanfaatkan mimik dan gestur tubuh menjadi sarana penyampaian informasi. Komunikasi nonverbal ini malah lebih tua usianya dibanding komunikasi verbal karena diduga sudah digunakan sejak zaman prasejarah, dan hingga kini masih sering dipakai sebagai pelengkap komunikasi verbal.
    Seiring kemajuan zaman, sarana untuk berkomunikasi pun berkembang. Verbal dan nonverbal tak lagi bisa menampung arus perubahan di bidang informasi. Apalagi verbal dan nonverbal mensyaratkan kedua belah pihak untuk saling berhadapan.
    Kemajuan teknologi membawa komunikasi verbal dan nonverbal ke dalam sarana yang lebih praktis. Berturut-turut muncul sesuai perkembangan zaman, korespondensi melalui surat, telepon, ponsel, SMS, internet yang didalamnya ada email dan instant messaging (IM) dan sosial media.
    Bagi penggemar chatting tentu IM sudah tak asing lagi. Ada banyak macam IM, dan terus berkembang sesuai kebutuhan. Pada era 1990-an hingga akhir 2000-an anak muda kala itu menyenangi berkomunikasi melalui internet relay chatting (IRC). Tak kalah populer adalah Yahoo Messenger yang hingga kini masih banyak penggunanya, serta masih banyak lainnya.
    Sekarang ini, perkembangan IM amat sangat pesat. Penggunaannya semula hanya dapat diakses pengguna komputer. Sekarang ini telah dapat diakses melalui telepon genggam. Dengan kemampuan yang dimiliki telepon genggam untuk mengakses internet, maka para pengguna IM dapat mengakses dunia maya kapan saja dan dimana saja. Lalu, lahir dan booming-lah BlackBerry Messenger (BBM) dan dilanjut oleh WhatsApp.
    Sayang, instant messaging juga berdampak berkurangnya kegiatan sosial penggunanya di dunia nyata. Tak heran kalau beberapa orang berkumpul di loby, mereka asyik BBM-an dengan BlackBerry-nya atau chatting pakai WhatsApp di ponsel cerdas Android miliknya. Seperti penderita autis yang tidak mengenal lingkungannya, hanya dirinya sendiri.
    Teknologi bisa mempermudah sekaligus memilik dampak negatif. Seseorang bisa dengan gampang menjalin hubungan jarak jauh melalui instant messaging dan sosial media. Satu persatu teman lama kembali diajak berkomunikasi. Tak sedikit dapat teman baru. Tapi, ketika seseorang betah berlama-lama di depan komputernya untuk berkomunikasi melalui dunia maya, maka satu persatu teman-temannya di dunia nyata berkurang, bahkan menghilang.
    Masih banyak hal yang indah di luar sana. Tak ada salahnya menyisihkan sedikit waktu untuk kumpul bareng teman, kolega atau keluarga. Perlu diingat, dunia maya tetap saja maya. Bukan dunia nyata. (*)


Foto: carphonewarehouse.com   

Kamis, 27 Desember 2012

0 Balada Negeri Baca

    MEMBACA merupakan salah satu cara mendapatkan informasi selain dengan cara mendengar. Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf.
    Disebut kegiatan fisik karena melibatkan panca indra, terutama mata. Dikatakan kegiatan mental lantaran melibatkan otak, bagian-bagian dari syarafnya bekerja menerjemahkan apa yang diserap oleh mata lalu memunculkan persepsi dan atau menyimpan di dalam memori.
    Saking pentingnya membaca, perintah Allah SWT yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan perantara Malaikat Jibril adalah membaca."Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-Alaq: 1-5).
    Saat ini, sebutan membaca berkembang sangat pesat. Konteksnya tidak lagi pengertian secara harafiah. Meskipun data buta huruf di negeri ini masih lumayan tinggi, tapi sebenarnya Indonesia kaya akan orang yang memiliki kemampuan membaca.
    Ada tiga kelompok orang yang memiliki kemampuan membaca. Pertama pembaca sebenarnya, yakni mereka yang memang suka membaca buku, majalah, koran dan sebagainya.  Kedua, kelompok orang yang memiliki kemampuan membaca garis tangan, membaca kartu bahkan membaca pemikiran orang lain.   Kalau dikaitkan dengan pengertian membaca, kemampuan yang dimiliki orang-orang seperti itu tidak dapat diberi embel-embel membaca. Sebab yang mereka baca bukan tulisan dan huruf-huruf.
   Kelompok ketiga, memiliki kemampuan 'membaca' tapi tidak menambah kata membaca pada aktivitasnya. Meskipun tanpa kata itu, tapi keyakinan tentang apa yang diperkirakannya sangat besar, bahkan lebih condong haqqul yakin benar. Padahal, namanya prediksi bisa saja meleset.
    Masuk kelompok ini adalah peramal cuaca, pengamat politik, pengamat ekonomi, pengamat sosial, komentator olahraga dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang mumpuni di bidang masing-masing. Memiliki pula kemampuan membaca situasi di bidang yang digelutinya. Kemampuan itu jadi dasar melakukan prediksi ditimpali data-data statistik.
    Perhatikan ketika komentator olahraga berbicara di televisi, seakan-akan tahu segalanya. Sementara para pengamat memosisikan diri sebagai paling benar ketika berdebat. Apalagi jika berbicara mengenai keburukan bangsa ini. Herannya, selalu ada saja yang buruk dari bangsa ini, dan dijadikan bulan-bulanan media untuk dibikin jadi berita utama.
    Timbul pertanyaan di dalam benak, kalau bahan bacaan adalah pemasok data paling utama kepada pembacanya, lantas apa buku yang dibaca oleh kelompok kedua dan ketiga? Pastilah bukan buku komik atau buku esek-esek.(*)

Foto: thegrio.com








































Rabu, 26 Desember 2012

0 Belajar Setia dari Hewan

    NAMA anjing ini Hachiko. Mungkin ia sosok paling pas di era modern ini sebagai penggambaran hewan piaraan paling setia. Kesetiaannya membuat sineas Holywood mendokumentasikan dalam sebuah film komersil berjudul Hachi dibintangi aktor keren Richard Gere.
    Hachiko nyata adanya. Di alun-alun Timur Stasiun Kereta Api Shibuya, Jepang, terdapat patung yang termasyur hingga ke mancanegara. Patung ini bukan sosok seorang pahlawan atau ornamen penghias taman stasiun, melainkan patung Hachiko.
    Patung ini dibuat oleh seorang seniman Ando Takeshi pada 1935 sebagai kenang-kenangan atas kesetiaan Hachiko pada tuannya. Bagi yang pernah menonton filmnya tentu bakal ingat dan trenyuh, betapa seekor anjing bisa begitu setia menunggu tuannya pulang kerja. Tanpa dia tahu sang tuan telah meninggal dunia.  Kesetiaan itu Hachiko bawa sampai mati, setelah selama 9 tahun lebih, berkeliaran di stasiun dan selalu menunggu tuannya tiap pukul 03.00 sore di pintu masuk stasiun.
    Ya, Hachiko hanya satu dari sedikit cerita kesetiaan hewan piaraan pada tuannya. Bagi umat Islam, jauh sebelum Hachiko lahir, ada pula cerita yang dinukilkan dalam kitab suci Alquran yakni kisah Ashabul Kahfi. Bahkan di Alquran ada surah khusus tentang kisah beberapa pemuda beriman dan seekor anjing yang setia yakni Surah Al Kahfi.
    Dengan izin Sang Pencipta, para pemuda beriman ini tertidur di dalam gua selama 309 tahun begitu pualng sang anjing. Diperkirakan mereka hidup pada masa Raja Diqyanus berkuasa di Roma, beberapa ratus tahun sebelum Nabi Isa Al Masih lahir.
    Mereka memilih menyepi dan bersembunyi di gua dari pada hidup di tengah negeri yang dikuasai raja zalim dan penyembah berhala. Anjing yang mengikuti perjuangan para pemuda ini dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang dijamin masuk surga.
    Hubungan antara hewan piaraan adalah hubungan emosional luar biasa dekat. Bukan hubungan antara budak dengan tuannya. Bahkan, tak sedikit orang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan binatang piaraannya. 
    Anjing dan hewan piaraan mengajarkan kepada manusia nilai moral kesetiaan. Kesetiaan yang tanpa pamrih. Berbeda dengan manusia yang kebanyakan mengharap imbalan atas kesetiaannya. Satu hal lagi, manusia juga sangat mudah melepas kesetiaannya lalu berpaling pada yang lain.
    Ada banyak kebaikan yang diajarkan dari membangun hubungan yang baik dengan hewan piaraan menurut Wayne Pacelle, President and Chief Executive Officer dari Humane Society of the United States (HSUS) yang juga seorang penulis  buku, The Bond: Our Kinship with Animals, Our Call to Defend Them.
    Pertama, hewan piaraan membuat tuannya merasa lebih baik, kedua membuat lebih sehat, ketiga membantu menurunkan tingkat stres dan keempat mampu mengusir rasa kesepian. Tiap Presiden Amerika Serikat selalu diberi anjing peliharaan untuk menemani jalan-jalan berolahraga dan sebagainya.
    Jadi, kalau belum mampu untuk memelihara hewan, tak ada salahnya jika berusaha sayang dan peduli pada semua binatang. Termasuk yang menghuni alam liar. Bukan malah memburunya karena dianggap sebagai hama, seperti orangutan. Save Our Orangutan!


Foto: tokyoarchitecture.info

Selasa, 25 Desember 2012

0 Harmoni, Melodi dan Ritme

    INDIA merupakan negara salah satu negara yang memiliki tradisi musik tertua di dunia. Referensi musik klasik India (Marga) telah dituliskan dalam kitab suci kuno dan tradisi Hindu. Berbagai jenis seruling dan alat musik yang terbuat dawai atau senar telah ada sejak zaman Peradaban Lembah Sungai Indus.
    Sementara Cina, merupakan negara pertama pengumpul dan  memiliki alat musik prasejarah terbanyak, diperkirakan dari 7000 sampai dengan 6600 SM.Bahkan, negeri yang memiliki peradaban tinggi sejak zaman Sebelum Masehi ini memiliki kumpulan musik tertulis dalam bahasa kuno, diperkirakan ada sejak 1400 SM! Bayangkan, saat bangsa Cina sudah mengenal notasi musik pada 1400 SM, negara Indonesia masih belum terbentuk. 
    Ya, Hampir tiap negara punya sejarah musik berbeda. Cina dan India telah mencatatkannnya dalam lembar peradaban mereka. Negara- negara di Eropa dan Amerika pun memiliki sejarah musiknya sendiri. Demikian pula Indonesia. Makanya, tak heran ada ungkapan musik adalah bahasa yang yang universal.
    Melalui musik, bahasa formal ditanggalkan. Tak peduli beda warga negara, tapi kalau menyukai musik yang sama, maka perbedaan itu akan luruh. Dinding pembatas dan pengkotak-kotakan derajat manusia akan lenyap saat suara musik yang sama-sama disukai terdengar.
    Hampir tak pernah terdengar bentrok antara pendukung musik aliran A dengan aliran B. Memang, kalau kericuhan dalam sebuah konser musik sekali dua kali bisa terjadi. Tapi biasanya lantaran sebagian kecil penggemar dari aliran musik itu sendiri yang bermasalah. Bukan bentrok antar aliran.
    Di Kalsel, sampai ada istilah gepsok (digepak, langsung sodok) setiap ada hiburan musik aliran tertentu. Mencirikan penontonnya sendiri yang tidak tertib, membawa senjata tajam, minum minuman keras, berjoget semaunya sampai bersenggolan. Lalu belati 'bicara'.
    Sebenarnya, tak jarang dalam satu panggung, beberapa pemusik yang mengusung aliran berbeda bisa tampil bareng. Penonton atau penggemarnya bisa saja tertib. Jadi, rusuh dalam sebuah konser musik bukan lantaran musiknya yang keras atau genre musik tertentu dianggap sebagai pemicunya. Melainkan dari penyuka musik itu sendiri.
    Dan, kalau bicara suka atau tidak suka, maka berkaitan dengan sifat dari musik itu sendiri. Musik tak bisa dipaksakan. Penggemar dangdut tak bisa disuruh menyukai musik rock. Demikian pula penyuka musik pop tak mau jika dipaksa harus mendengarkan musik keroncong.
    Kelihatannya memang seperti pengkotak-kotakan. Tapi, itulah kenapa musik dianggap bahasa yang universal. Keragaman yang dibingkai dalam harmoni, melodi dan ritme. (*)

Foto: hoopcity.ca

Jumat, 21 Desember 2012

0 Ngeblog Bermartabat

    SEANDAINYA Blogger.com yang dimiliki oleh Pyra Labs tidak diakuisisi oleh raksasa mesin pencari Google pada 2002, mungkin aktivitas ngeblog tak seramai sekarang. Sejak akuisisi itu, banyak aplikasi-aplikasi bersifat terbuka yang diperuntukkan pada perkembangan penulisan blog.
    Kemudian, jikalau Matt Mullenweg bukan pengguna aktif b2/cafelog yang dikembangkan oleh Michel Valdrighi. Kemudian ia tertarik lantas 'jatuh cinta' pada b2. Padahal, aplikasi open source (aplikasi terbuka) ini dihentikan pengembangannya oleh Michel Valdrighi, bisa saja WordPress.com tak pernah ada.
    Setahun setelah Blogger.com diambil alih Google, muncul WordPress.com hasil pengembangan yang dilakukan Matt Mullenweg dan Mike Little. Sama seperti Blogger.com, WordPress.com juga berkembang pesat karena dukungan komunitas pada perangkat lunak sumber terbuka untuk blog.
    Blogger.com dan WordPress.com adalah merupakan penyedia jasa blog gratisan yang plaing popular di dunia. Selain keduanya masih ada lagi LiveJournal, Typad atau Multiply.com. Salah satu kelebihan blog adalah menyatukan penggunanya menjadi satu ikatan berdasar kesamaan tertentu. Misalnya, sama dalam asal daerah, sama-sama satu kampus atau satu sekolah, hobi yang sama atau sama-sama ingin menghasilkan uang dari ngeblog.
    Blog memperkaya dunia maya dengan menjadi pemicu terbentuknya komunitas-komunitas berdasar kesamaan tertentu. Di Indonesia, ikatan itu semakin kuat karena ditambah dengan 'budaya' kopi darat. Istilah kopi darat ini memang sudah berlangsung lama, sejak komunikasi dan pertemanan popular dijalin lewat radio amatir.
    Semangat yang ingin dibangun mungkin untuk saling kenal, tatap muka secara langsung. Seperti pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Kenal melalui radio amatir atau via dunia maya masih kurang sreg jika tak bertemu muka secara langsung.
    Kelebihan blog lainnya adalah sebagai sarana untuk berekspresi. Manakala dunia nyata tak bisa menampung 'suara hati' dari seseorang, maka blog menjadi ajang pelampiasan, membagikan tulisan, gambar, video dan sebagainya. Ketika media cetak atau media elektronik menerapkan aturan ketat sebelum merilis berita, blog mengabaikan itu dengan kemudahan dan fasilitas yang ada.
    Tiap manusia lahir ke dunia sebagai makhluk bebas. Namun, berangsur dengan penambahan usia mulai dikenai dogma, baik di lingkungannya maupun secara lebih luas. Sampai saat ini, kebebasan berekspresi di dunia maya lebih kuat dibanding dunia nyata.
    Walaupun kadang kala, hukum masih bisa menyasarnya. Tapi hal itu terjadi jika pengguna blog, jejaring sosial atau fasilitas di dunia maya lainnya merambah wilayah abu-abu, yakni wilayah percampuran antara dunia maya dan dunia nyata.
    Jadi, mumpung pemerintah Indonesia belum membuat undang-undang mengatur aktivitas blogging, maka gunakan blog sebebasnya. Mau posting tulisan silakan, mau unggah video monggo, ingin menampilkan gambar tak ada yang melarang. Asal aktivitas itu dilakukan secara bermartabat. Konten hasil bikinan sendiri, atau copy paste dengan mencantumkan sumber artikel. Kalau konten blog isinya pornografi, tentu merambah wilayah abu-abu tadi. Bukan aktivitas bermartabat dong!

Foto: 

0 Pelaku Baik atau Kejam

    BISNIS itu kejam. Entah dari mana mulanya persepsi mengenai bisnis yang kejam ini. Mungkin, dikaitkan dengan upaya, usaha menggapai sukses dalam berusaha, tapi dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Bahkan, tak jarang menjatuhkan orang lain demi kepentingan sendiri.
    Sebenarnya kalau dilihat lebih jauh, bukan bisnis yang mampu berbuat kejam seperti itu, melainkan pelakunya. Manusianya. Bisnis hanya alat atau sarana. Jadi, walaupun bukan di bidang bisnis sekalipun, bakal muncul tokoh antagonis yang rela melakukan apapun demi tergapainya tujuan.
    Kalau bicara soal kejam, dunia politik sebenarnya lebih kejam dari dunia bisnis. Seorang kawan bisa berubah jadi lawan dalam hitungan detik. Politik juga bisa membuat sesuatu yang baik terlihat jelek atau sebaliknya, sesuatu yang buruk tampak baik.
    Tapi, sama seperti dunia bisnis. Politik pun hanya sarana, cuma alat. Pelakunya, yakni si manusiannya lah yang mampu berbuat jahat nan kejam. Akibatnya banyaknya pelaku yang memanfaatkan sarana politik untuk kepentingannya, maka tampak kejamlah dunia politik.
    Akan lebih berbahaya ketika pelaku dunia politik berkolaborasi dengan pelaku bisnis untuk memenangkan kelompok tertentu. Bayangkan, satu pelaku saja, misal pelaku bisnis yang mengggunakan segala cara untuk mencapai sukses (termasuk cara-cara menyimpang), dampaknya sudah sangat negatif. Apalagi jika bekerja sama dengan pelaku dunia politik yang memiliki tujuan sama, dampak negatifnya bukan hanya pada satu dua orang. Bisa berdampak regional bahkan nasional, bahkan dunia.
    Aktivitas bisnis adalah keniscayaan. Sementara politik berada di ranah abu-abu. Namun, pengaruh bisnis pada sendi-sendi kehidupan sangat besar bagi kehidupan ekonomi, sosial dan politik sejarah peradaban umat manusia.
    Kekuatan ekonomi bisa mempengaruhi stabilitas politik suatu negara. Lihat krisis ekonomi yang dialami negara-negara Eropa yang berpengaruh pula pada kondisi politik di sana. Tak jarang, kejatuhan atau kebangkitan rezim penguasa suatu negara juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kondisi usaha, kondisi bisnis suatu negara.
    Namun, kembali pada pelaku tadi. Pelaku lah yang memegang peran penting apapun dunia yang dijalaninya. Maka, kalau di bidang bisnis jadilah pelaku bisnis yang baik. Di dunia politik jadilah potikus yang baik. Tapi hal seperti itu memang masih dalam impian, dalam tataran ideal.  Toh, baik atau buruk adalah bagian dari kehidupan. Sudah digariskan Sang Pencipta. Tapi, tetap pelaku masih bisa memilih, jadi baik atau jadi kejam. (*)


Foto: berbisnis-tiket-pesawat.com













Kamis, 20 Desember 2012

0 Kurang Jeli Baca Potensi

    PADA 2005, Android Inc masih berupa perusahan kecil besutan Andy Rubin dan rekannya, Rich Miner, Nick Sears dan Chris White,  berbasis di Palo Alto, California, Amerika Serikat. Namun, tahun itu jadi tonggak sejarah perkembangan Android ketika dibeli raksasa search engine, Google.
    Andy (Andrew) Rubin yang ikut bergabung di Google akhirnya menelorkan sistem operasi bebrasih Linux untuk ponsel dan perangkat mobile lainnya. Bisadibilang, Andy Rubin adalah bapak (pelopor) penggunaan sistem operasi Android di ponsel dan perangkat bergerak lainnya.
    Kini, Android menjadi salah satu sistem operasi yang mendominasi pasar bersama iOS (Apple) dan BlackBerry (RIM).    Lalu, berturut-turut muncul sistem operasi Android Cupcake 1.5, Android Donut 1.6, Android Eclair 2.0.x/2.1.x, Android Froyo 2.2.x, Android Gingerbread 2.3, Android Gingerbread 2.3.3, Android Honeycomb 3.0 dan Android Ice Cream Sandwich 4.0.
    Melihat jejak rekam Andy Rubin, sukses yang diraihnya melalui produk Android seperti sekarang bukan semudah membalik telapak tangan. Ada proses yang harus dilalui. Ada tahapan pada tiap level pekerjaannya yang membentuk Andy Rubin menjadi seperti sekarang.
    Apa yang diusung Android adalah spirit keterbukaan (open source). Ketika mayoritas vendor 'pelit' membagi sistem operasinya untuk bisa diutak-atik oleh pelanggannya sendiri, Android besutan Rubin dan kawan-kawan menabrak pakem itu. Andorid memungkinkan tiap pemilik punya hak mengembangkan sendiri gadgetnya. Hal ini sedikit demi sedikit ditiru vendor lain. "Kami tidak sedang membuat sebuah ponsel Google, Kami memungkinkan ribuan orang untuk membuat ponsel Google!" ucap Rubin suatu ketika.
    Tapi, sukses yang diraih Google bersama Android memang bukan semata gara-gara Rubin. Kesuksesan ini adalah gabungan dari visi jenius seorang Andy Rubin, ditempa melalui proses panjang, ditambah kejelian pimpinan Google untuk mengembangkan bisnis mobile.
    Tak terbayangkan jika, David Lawee yang menjabat Vice President of Corporate Development Google tidak mempercayai kemampuan Andy Rubin. Lawee memang sempat ragu karena dua tahun setelah akuisisi, Rubin belum menghasilkan sesuatu yang sepadan dengan apa yang sudah dikeluarkan Google. Namun, seperti fakta saat ini, Android menguasai pasar ponsel dan gadget lainnya. Apalagi Android adalah sistem yang mudah dioperasikan, fleksibel dan mudah diupgrade.
    Indonesia sebenarnya punya orang-orang macam Andy Rubin, orang pintar yang punya visi jauh ke depan. Sayang, tenaga mereka tak bisa maksimal dikeluarkan di Tanah Air (malah dihargai di luar negeri) karena pemimpin negeri ini, kurang jeli membaca potensinya. (*)

Foto: androidpolice.com









Rabu, 19 Desember 2012

0 Arti Sebuah Nama

    APALAH arti sebuah nama. Kalimat ini mendunia berkat penyair asal Inggris, William Shakespeare. Dia membuat drama tragedi yang sangat terkenal, Romeo dan Juliet. Dalam salah satu adegan, Romeo menyebutkankan kalimat tersebut.
    Bagi Romeo, nama sudah tak lagi penting. Cintanya ynag begitu besar pada Juliet, melunturkan perbedaan garis keturunan, nama belakang keluarga yang berbeda dan saling bermusuhan. Hal yang sama juga terjadi pada Juliet.
    Tapi, bagi kebanyakan orang nama sangatlah penting. Bahkan, bisa saja lebih penting dari pribadi-pribadinya sendiri. Nama juga perlambang, representasi dari makhluk bernyawa dan benda. Ketika seseorang jadi pusat perhatian, baik dalam kondisi nestafa maupun bahagia, hal pertama yang ingin diketahui khalayak adalah siapa dia (namanya, Red). Baru diikuti keterangan-keterangan tambahan lain macam pekerjaan, alamat, istri, anak dan sebagainya.
    Bahkan, ketika seorang manusia tak lagi bernyawa semisal korban pembunuhan, identitas awal yang dicatat aparat kepolisian adalah namanya. Lebih detail lagi apa nama bin atau bintinya atau nama keluarganya. Kalau mayat tak tak diketahui identitasnya pun masih tetap diberi nama, yakni Mrs X (perempuan) dan Mrs X (lelaki).
    Beberapa orang seringkali tidak mau menyebutkan nama aslinya saat pertama kali berkenalan dengan orang baru. Ada sejumlah perempuan sangat ketakutan jika nama keluarga atau nama orangtua laki-lakinya diketahui lawan jenis yang baru dikenal. Kabarnya takut diguna-gunai. Soal guna-guna memanfaatkan nama klan memang tidak ada pembuktian secara empiris.
    Sementara, beberapa orang bahkan merasa takut dan merasa terancam jika nama aslinya dipublikasikan dengan berbagai macam alasan tentunya. Ada pula orang-orang yang harus mengganti namanya dengan berbagai alasan. Misalnya karena kesan jelek atau kampungan. Sebaliknya, ada yang mengganti nama keren, perkotaan, masa kini dengan nama terdengar lucu di telinga. Namun, yang lebih penting, ada yang harus mengganti nama dan identitasnya karena terlibat tindak kriminal, menjadi saksi penting atau yang terancam jiwanya.
    Umumnya, nama seseorang yang diberikan orangtua kepada anaknya merupakan sebuah harapan dan doa. Paling tidak, dengan nama itu perjalanan hidup sang buah hati sesuai sebagaimana makna sebutan namanya.
    Jadi, ketika muncul pertanyaan "Apalah arti sebuah nama?" Maka jawabannya adalah sangat banyak arti dan manfaat. Seperti pabrikan mobil mewah asal Jerman, BMW memberi nama varian produknya. Dikutip dari id.wikipedia.org, Mobil BMW dinamai dengan sistem penamaan tertentu, biasanya tiga digit angka yang diikuti oleh satu atau dua huruf.
   Angka pertama adalah nomor seri mobil, dua angka berikutnya biasanya melambangkan besarnya kapasitas mesin dalam cc yang dibagi 100. Meski begitu, mobil BMW yang keluar belakangan ini menggunakan 2 nomor belakang sebagai indeks performa. Jadi, siapa bilang nama tak punya arti?

Foto:whimquarterly.com

Selasa, 18 Desember 2012

0 Menulis dengan Hati

    TIAP orang yang bisa menulis, pasti bisa membaca. Wajar saja, di sekolah, pelajaran kedua setelah membaca adalah menulis. Namun, tidak semua orang mampu menulis dan hasil tulisannya disukai orang lain. Maka, orang-orang seperti Stephen King, Bud Garner, JK Rowling atau Andrea Hirata, adalah orang-orang yang punya kelebihan dalam mengolah kata hingga memikat banyak orang untuk membeli karyanya.
    Ya, menulis bukan pekerjaan sepele. Langkah berikutnya setelah seseorang bisa membaca adalah belajar menulis. Jika membaca memerlukan otak untuk mengenal huruf, menyimpannya di dalam memori lalu huruf-huruf dirangkai menjadi kata dan kalimat, maka ketika seseorang menulis, otak bakal bekerja lebih keras. 
    Ada proses kreatif yang merangsang otak bekerja lebih dibanding membaca. Mulai dari proses pencarian ide, membuat kerangka dasar penulisan kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Sebuah proses yang tak gampang.
    Makanya, Bud Garner, salah seorang penulis buku best seller Chicken Soup Series, mengatakan, betapa menulis punya kelebihan dibanding sekadar membaca atau berbicara. "Ketika kamu bicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruang atau sepanjang koridor. Tapi ketika menulis, kata-katamu bergaung sepanjang zaman," kata Garner.
    Tapi, seorang penulis juga manusia (bukan cuma rocker yang manusia), dalam proses kreatif tak luput dari alpa, salah dan khilaf. Sayang, kadang penulis lupa akan kesalahannya, atau malah tak mau tahu punya salah, merasa paling benar.      
    Maka, bermunculan penulis yang membawa kontroversi. Tulisannya menimbulkan polemik berkepanjangan. Bahkan tak jarang memancing emosi kaum, ras dan golongan tertentu. Ujung-ujungnya buku yang ditulis laku keras dengan menjual kontroversi itu. Satu contoh adlaah Salman Rusdi, penulis buku The Satanic Verses.
    Ada pula media abal-abal, yang menjual sensasi ke pembacanya tanpa tahu etika. Demi oplah dan pendapatan, segala cara dihalalkan, hingga mau-maunya 'melacurkan' profesi. Kepada sesama rekan media berani melecehkan, menjatuhkan lantaran tuntutan bisnis. Idialisme pers pun dikubur dalam-dalam di dasar keserakahan dan kepentingan tertentu.
    Penulis yang baik adalah pembaca yang sangat baik. Ibarat belajar, penulis yang baik sudah khatam membaca. Bukan hanya membaca dalam arti sesungguhnya, tapi juga bisa membaca situasi dan kondisi lalu menuangkannya dalam bentuk karya tulisan.
    Jika pecipta sejarah kebanyakan adalah penguasa, maka di tangan penulis, di ujung penanya, sejarah bisa bermula, berakhir atau stagnan. Ini menunjukkan betapa pentingnya profesi penulis. Seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, seorang ulama, ahli fikir, ahli filsafat Islam. Kalau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. Tapi, menulislah dengan hati. (*)

Foto: Imam Al Gahzali, sumber:  edukasi.kompasiana.com

0 Inovasi 'Gila'

    "DULU saya sulit untuk melupakan mantan pacar, namun setelah saya berobat di klinik ....., mantan pacar saya yang sulit untuk melupakan saya, terima kasih klinik ......."
    "Dulu saya senang nonton motoGP. Tapi sejak berkunjung ke klinik ....., saya jadi kecanduan nonton 3gp."
    Demikian dua dari puluhan atau lebih plesetan sebuah iklan klinik pengobatan alternatif yang beredar di dunia maya beberapa waktu lalu. Bagi yang pernah menyaksikan iklan aslinya di layar kaca, hampir bisa dipastikan tergelitik hatinya jika membaca atau melihat plesetan iklannya. Paling tidak sedikit tersenyum simpul menahan tawa.
    Ya, dalam beberapa Minggu terakhir, sebuah iklan klinik pengobatan alternatif yang sangat sering tayang di berbagai saluran televisi swasta nasional, jadi perbincangan hangat di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter maupun broadcast di BlackBerry Messenger hingga beberapa forum komunitas online.
    Iklan yang berisi testimoni sejumlah pasien dan dikemas gaya iklan jadul (zaman dulu) jadi makanan mereka yang punya ide dan inovasi tinggi plus sedikit sifat usil. Entah siapa yang memulai, satu demi satu plesetan testimoni pasien klinik itu beredar di dunia maya. Belakangan, plesetan iklan itu menjadi trending topic di jejaring sosial.
    Dibanding pariwara lain yang menjual eksotisme alam, kecantikan maupun kegantengan bintang iklannya, iklan klinik itu sangat sederhana. Hanya pengakuan beberapa pasien yang pernah berobat dan sembuh. Lantas, kenapa bisa jadi populer?
    Iklan tersebut juga melanggar Peraturan Menteri kesehatan No. 1787 Tahun 2012 mengenai Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan, lantaran menayangkan testimoni pasien. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun tak tinggal diam dengan memberi teguran per tanggal 31 Mei 2012 lalu.
    Sebelumnya, KPI juga telah menerima surat dari Badan Pengawas Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (BPP P3I) No. 635/BPP- PPI/III/2012 pada 12 Maret 2012. Isinya permintaan agar KPI Pusat melakukan tindakan sesuai kewenangannya melihat maraknya fenomena iklan pelayanan kesehatan di lembaga penyiaran.
    Bukan maksud memvonis, tapi rasanya sangat kecil peluang iklan tersebut untuk meraih Pinasthika Award, sebuah ajang lomba cipta iklan kreatif. Meski tidak tergolong kreatif, namun si pencipta iklan mampu menciptakan spot pariwara, walaupun kurang sedap dipandang tapi tertanam di indra yang melihatnya. Ditambah kontinuitas penayangannya di layar kaca, maka iklan klinik itu melekat di benak pemirsa.
    Dengan kata lain, iklan itu sukses menanamkan brand di masyarakat, terlepas apakah dipandang positif atau negatif. Parodi atau plesetannya yang beredar di dunia maya adalah bagian dari kesuksesan promo iklan itu.
    Tak cukup hanya kreatif untuk menjadikan sesuatu yang tak dikenal menjadi populer bahkan disukai. Inovasi 'gila' dan sedikit usil juga diperlukan. Seperti pembuat teka-teki silang. Tanpa inovasi, teka-teki dianggap sebagai rutinitas biasa di edisi Minggu sebuah koran. (*)



Foto: portal.ristek.go.id

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates