Senin, 05 November 2007

4 Dari Ketupat Kandangan Sampai Barongsai

     BAGI warga banua di perantauan, menikmati masakan khas Banjar adalah sesuatu yang langka. Lupakan dulu soal rasa, setidaknya bisa jadi pengobat rindu akan suasana kampung halaman.
     Eka Nurlia Lisa (20) sibuk melayani pembeli. Tangannya dengan cekatan menuangkan kuah Soto Banjar ke dalam piring yang berisi ketupat, irisan daging ayam dan telor.
     Ia dan kedua orangtuanya, Rusnayadi dan Eliya terlihat sangat kompak di warung dadakan yang mereka tempati. Eliya menyiapkan makanan, sementara Rusmayadi membuatkan minuman. Eka tak mau kalah, ia dengan sigap melayani pembeli.
     "Silakan pak, dirasai sotonya," ucap Eka dalam bahasa banjar namun dengan logat Jawa.
     Meski pasih berbahasa Jawa karena sudah delapan tahun mukim di Surabaya, Eka tidak melupakan bahasa Banjar walaupun logat maupun intonasinya sudah agak berubah.
     "Ulun masih rancak ke Banjar. Hari Raya (Idul Fitri) tadi di Banjarmasin, di Jalan Sutoyo S di rumah nini," tutur kelahiran Amuntai, HSU itu dengan ramah.
     Eka dan kedua orangtuanya bagian dari komunitas masyarakat Banjar yang tinggal di Surabaya. Sabtu (28/10) Kerukunan Keluarga Kalimantan (KKK) di Jawa Timur punya hajatan.
       Halal Bil Halal warga asal lima provinsi tersebut digelar di Gedung Gelora Panjasila, di Jalan Indragiri, Surabaya. Beberapa tokoh Kalsel hadir dalam acara tersebut. Seperti Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufiq Effendi, Gubernur Rudy Ariffin, Walikota Banjarmasin Yudhi Wahyuni serta beberapa bupati.
     Menurut ketua panitia penyelenggara, H Nur Alamsyah, jumlah warga asal Kalimantan di Jawa Timur lebih dari 100 ribu jiwa dengan mayoritas berasal dari Kalsel.

    Tak heran, baik panitia penyelenggara, pengisi acara hiburan maupun yang berjualan di warung-warung dadakan yang disediakan panitia, mayoritas orang Banjar atau yang pernah tinggal di Kalsel.
    Beragam makanan khas Banjar bisa ditemui di sana. Kue basah seperti bingka, kararaban atau amparan tatak langsung diserbu pengunjung.
    Adapula yang berjualan soto banjar, buras, masak habang dan nasi kuning, termasuk ketupat kandangan. Tidak ketinggalan dipajang kerajinan sasirangan dan perhiasan batu dari Martapura.
    Mengenai rasa masakannya, tentu tidak bisa dibandingkan dengan masakan yang dibuat di banua. Ada beberapa bumbu dasar maupun penyajian yang sedikit berbeda.
    Salah satu contoh adalah ketupat kandangan. Penyuka masakan ini tentu tahu betul ciri khasnya, terutama dari ketupatnya. Jika diremas ketupat akan luruh seperti nasi. Nah, ketupat di warung dadakan malah seperti ketupat soto.
    Ketika BPost mengusut lebih jauh asal usul pedagangnya, ternyata bukan berasal dari Kalimantan Selatan atau Kandangan, melainkan orang Jawa Timur dan Madura.
     Tidak melulu budaya Banjar yang tampil dalam perhelatan tersebut. Kesenian Barongsai turut memeriahkan. Bahkan, kedatangan Menpan Taufiq Effendi dan Gubernur Rudy Ariffin disambut  tari-tarian kesenian asal China itu.

 

4 komentar:

Mohammad Azlan mengatakan...

Raminya. Ulun gin mun tambang bulik ka Banua tutih kada larang, mau saban tahun mailangi Tanah Peninian.

royan naimi mengatakan...

mun bulik ka Banua singgah lah

Asmirin Noor Gaus mengatakan...

Uma ai lah urang banjar jua sakalinya, salam kenal lah......

royan naimi mengatakan...

salam kenal jua dangsanak..

My Blog List

 

Coretan Royan Naimi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates