KOMUNIKASI merupakan proses seseorang atau beberapa orang, satu kelompok, bisa pula organisasi, termasuk di dalamnya masyarakat yang menciptakan serta menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
Paling umum komunikasi dilakukan secara verbal atau lisan. Namun, ada kalanya konikasi verbal tak bisa membuat dua pihak mengerti. Mungkin pula ingin agar informasi yang mau disampaikan tidak diketahui orang lain. Maka, digunakanlah komunikasi nonverbal.
Maka, bahasa isyarat dengan memanfaatkan mimik dan gestur tubuh menjadi sarana penyampaian informasi. Komunikasi nonverbal ini malah lebih tua usianya dibanding komunikasi verbal karena diduga sudah digunakan sejak zaman prasejarah, dan hingga kini masih sering dipakai sebagai pelengkap komunikasi verbal.
Seiring kemajuan zaman, sarana untuk berkomunikasi pun berkembang. Verbal dan nonverbal tak lagi bisa menampung arus perubahan di bidang informasi. Apalagi verbal dan nonverbal mensyaratkan kedua belah pihak untuk saling berhadapan.
Kemajuan teknologi membawa komunikasi verbal dan nonverbal ke dalam sarana yang lebih praktis. Berturut-turut muncul sesuai perkembangan zaman, korespondensi melalui surat, telepon, ponsel, SMS, internet yang didalamnya ada email dan instant messaging (IM) dan sosial media.
Bagi penggemar chatting tentu IM sudah tak asing lagi. Ada banyak macam IM, dan terus berkembang sesuai kebutuhan. Pada era 1990-an hingga akhir 2000-an anak muda kala itu menyenangi berkomunikasi melalui internet relay chatting (IRC). Tak kalah populer adalah Yahoo Messenger yang hingga kini masih banyak penggunanya, serta masih banyak lainnya.
Sekarang ini, perkembangan IM amat sangat pesat. Penggunaannya semula hanya dapat diakses pengguna komputer. Sekarang ini telah dapat diakses melalui telepon genggam. Dengan kemampuan yang dimiliki telepon genggam untuk mengakses internet, maka para pengguna IM dapat mengakses dunia maya kapan saja dan dimana saja. Lalu, lahir dan booming-lah BlackBerry Messenger (BBM) dan dilanjut oleh WhatsApp.
Sayang, instant messaging juga berdampak berkurangnya kegiatan sosial penggunanya di dunia nyata. Tak heran kalau beberapa orang berkumpul di loby, mereka asyik BBM-an dengan BlackBerry-nya atau chatting pakai WhatsApp di ponsel cerdas Android miliknya. Seperti penderita autis yang tidak mengenal lingkungannya, hanya dirinya sendiri.
Teknologi bisa mempermudah sekaligus memilik dampak negatif. Seseorang bisa dengan gampang menjalin hubungan jarak jauh melalui instant messaging dan sosial media. Satu persatu teman lama kembali diajak berkomunikasi. Tak sedikit dapat teman baru. Tapi, ketika seseorang betah berlama-lama di depan komputernya untuk berkomunikasi melalui dunia maya, maka satu persatu teman-temannya di dunia nyata berkurang, bahkan menghilang.
Masih banyak hal yang indah di luar sana. Tak ada salahnya menyisihkan sedikit waktu untuk kumpul bareng teman, kolega atau keluarga. Perlu diingat, dunia maya tetap saja maya. Bukan dunia nyata. (*)
Foto: carphonewarehouse.com
Paling umum komunikasi dilakukan secara verbal atau lisan. Namun, ada kalanya konikasi verbal tak bisa membuat dua pihak mengerti. Mungkin pula ingin agar informasi yang mau disampaikan tidak diketahui orang lain. Maka, digunakanlah komunikasi nonverbal.
Maka, bahasa isyarat dengan memanfaatkan mimik dan gestur tubuh menjadi sarana penyampaian informasi. Komunikasi nonverbal ini malah lebih tua usianya dibanding komunikasi verbal karena diduga sudah digunakan sejak zaman prasejarah, dan hingga kini masih sering dipakai sebagai pelengkap komunikasi verbal.
Seiring kemajuan zaman, sarana untuk berkomunikasi pun berkembang. Verbal dan nonverbal tak lagi bisa menampung arus perubahan di bidang informasi. Apalagi verbal dan nonverbal mensyaratkan kedua belah pihak untuk saling berhadapan.
Kemajuan teknologi membawa komunikasi verbal dan nonverbal ke dalam sarana yang lebih praktis. Berturut-turut muncul sesuai perkembangan zaman, korespondensi melalui surat, telepon, ponsel, SMS, internet yang didalamnya ada email dan instant messaging (IM) dan sosial media.
Bagi penggemar chatting tentu IM sudah tak asing lagi. Ada banyak macam IM, dan terus berkembang sesuai kebutuhan. Pada era 1990-an hingga akhir 2000-an anak muda kala itu menyenangi berkomunikasi melalui internet relay chatting (IRC). Tak kalah populer adalah Yahoo Messenger yang hingga kini masih banyak penggunanya, serta masih banyak lainnya.
Sekarang ini, perkembangan IM amat sangat pesat. Penggunaannya semula hanya dapat diakses pengguna komputer. Sekarang ini telah dapat diakses melalui telepon genggam. Dengan kemampuan yang dimiliki telepon genggam untuk mengakses internet, maka para pengguna IM dapat mengakses dunia maya kapan saja dan dimana saja. Lalu, lahir dan booming-lah BlackBerry Messenger (BBM) dan dilanjut oleh WhatsApp.
Sayang, instant messaging juga berdampak berkurangnya kegiatan sosial penggunanya di dunia nyata. Tak heran kalau beberapa orang berkumpul di loby, mereka asyik BBM-an dengan BlackBerry-nya atau chatting pakai WhatsApp di ponsel cerdas Android miliknya. Seperti penderita autis yang tidak mengenal lingkungannya, hanya dirinya sendiri.
Teknologi bisa mempermudah sekaligus memilik dampak negatif. Seseorang bisa dengan gampang menjalin hubungan jarak jauh melalui instant messaging dan sosial media. Satu persatu teman lama kembali diajak berkomunikasi. Tak sedikit dapat teman baru. Tapi, ketika seseorang betah berlama-lama di depan komputernya untuk berkomunikasi melalui dunia maya, maka satu persatu teman-temannya di dunia nyata berkurang, bahkan menghilang.
Masih banyak hal yang indah di luar sana. Tak ada salahnya menyisihkan sedikit waktu untuk kumpul bareng teman, kolega atau keluarga. Perlu diingat, dunia maya tetap saja maya. Bukan dunia nyata. (*)
Foto: carphonewarehouse.com